dinasti mughal dan turki usmani

Dinasti Mughal 1526-1857 M : Imperium Islam di India



Peradaban Islam periode klasik-pertengahan merupakan peradaban yang agung. Saat itu tidak ada peradaban lain yang mampu menandingi kebesarannya. Kejayaan Islam dirasakan di berbagai daerah, salah satunya adalah India. Di India, Islam pernah berjaya terbukti dengan banyaknya dinasti-dinasti Islam yang pernah didirikan di sana, misalnya saja Dinasti Mamluk (1206-1290), Dinasti Khalji (1206-1320), Dinasti Tugluq (1320-1413), dan beberapa dinasti lain. Namun terdapat dinasti yang paling menonjol di India, yakni Dinasti Mughal.
Dinasti Mughal merupakan dinasti Islam yang berkuasa di India pada abad ke-16 hingga abad ke-19. Dinasti ini termasuk dalam tiga dinasti besar ( Mughal, Turki Utsmani, dan Safawiyah) yang muncul pada masa pertengahan. Dinasti Muhgal memiliki peranan besar dalam pengembangan agama Islam di India, mulai dari sastra hingga arsitektur.dinasti ini memiliki beberapa daya tarik untuk dibahas, misalnya saja karena di India merupakan tempat lahir dan berkembangnya kebudayaan Hindu Buddha yang dapat dikatakan sudah mengakar kuat dalam masyarakat. Untuk itulah penulis tertarik untuk membahas bagaimana perkembangan Dinasti Islam Mughal ini.

Dinamika Politik Dinasti Mughal


dinasti mughal
Wilayah Dinasti Mughal

Dinasti Mughal merupakan dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal dari daerah Asia Tengah, keturunan Timur Lenk. Timur Lenk adalah seorang muslim yang fanatik. Ia mengadakan ekspansi ke India tahun 1398 M. Namun pada saat itu Ia tidak berambisi menguasai India sepenuhnya, jadi Ia hanya mengangkat seorang gubernur untuk memimpin Multan, India.
Sementara generasi kelima dari Timur Lenk, yakni Zahiruddin Babur-lah yang berusaha ingin menguasai India secara menyeluruh. AwalnyaIamenguasai Punjab, kemudian Delhi. Akan tetapi gerak ekspansinya sempat dihadang oleh Dinasti Lody, hingga akhirnya pecahlah Perang Panipat I tahun 1526 M. Lody pun terbunuh dan Babur berhasil menguasai sebagian besar daerah di India.
Babur berkuasa hingga tahun 1530 M, kemudian digantikan oleh putranya, Nashiruddin Humayun (1530-1540 dan 1555-1556 M). Sepanjang pemerintahannya kondisi negara tidak stabil karena terjadi banyak perlawanan dari musuh-musuhnya.Pada tahun 1540 M terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan di Qanuj.Dalam pertempuran ini Humayun kalah dan akhirnya melarikan diri ke Qandahar dan dilanjutkan ke Persia. Atas bantuan raja Persia,Iamenyusun kekuatannya kembali. Setelah merasa kuat,Iamelakukan pembalasan dan menguasai India lagi pada tahun 1555 M.
Kekuasaan Humayun dilanjutkan oleh anaknya Akbar Khan dengan gelar Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Sewaktu naik tahta ia masih berumur 15 tahun, karena dianggap masih terlalu muda maka pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan. Ketika ia memerintah banyak terjadi pemberontakan dari keturunan Sher Khan, namun pemberontakan yang paling mengancam adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menjadi penguasa di Gwalior dan Agra.Pasukan itu berusaha memasuki Kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut, sehingga terjadilah peperangan yang dahsyat, yang disebut perang Panipat II tahun 1556 M. Himu akhirnya dapat dikalahkan dan daerahnya jatuh ke tangan Mughal.

dinasti mughal
Sultan Akbar

Setelah dewasa Akbar menyingkirkan Bairam yang dianggap mempunyai pengaruh yang terlampau kuat. Bairam Khan melakukan pemberontakan, namun berhasil dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah menyelesaikan masalah-masalah dalam negeri, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Pada masa pemerintahannya, Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, hingga mencapai Ahmadnagar, dan beberapa daerah lainnya. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.Di mana kepemimpinan umum dipegang oleh raja sementara pejabat-pejabat sipil diambil dari jenjang militer.
Selama menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas dan keamanan dalam negeri. Ia menyadari bahwa masyarakat India merupakan masyarakat yang plural, baik dari segi agama maupun etnis. Untuk itu kebijakan yang ia buat salah satu tujuannya untuk mencapai persatuan dalam negeri, misalnya saja dengan adanya kebijakan Din-i Illahi yakni menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Pembahasan lebih lengkap mengenai kebijakan-kebijakan lainnya dapat dibaca di artikel kebijakan Sultan Akbar.
Agar tujuannya terwujud Akbar menikahi dua orang putri Hindu, berkhutbah dengan menggunakan simbol Hindu, tidak mewajibkan khitan dan melarang menyembelih dan memakan sapi, serta kebijakan lain yang sekiranya mampu menyatukan keberadaan semua agama. Namun kebijakan ini berakhir ketika Akbar digantikan oleh putranya, yakni Jahangir (1605-1628 M). Ketika Jahangir berkuasa terjadi beberapa kali pemberontakan yang yang salah satunya dilakukan oleh anaknya sendiri Kurram. Dengan bantuan panglimanya, Mahabat Khan, Kurram menangkap dan menyekap Jahangir. Berkat usaha permaisurinya, permusuhan ayah dan anak ini dapat dipadamkan. Akhirnya setelah Jahangir wafat, Kurram menggantikan jabatan raja, dengan gelar Abu Muzaffar Shahabuddin Muhammad Shah Jehan Padshah Ghazi (1627-1658 M).
Masa pemerintahan Shah Jehan juga tidak lepas dari adanya pemberontakan dan perselisihan dari keluarganya sendiri. Dalam menghadapi pemberontakan dari luar,Ia dibantu oleh anaknya sendiri, yakni Aurangzeb. Bahkan di bawah kepemimpinan Aurangzeb, pasukan mampu melakukan ekspansi ke beberapa wilayah. Keberhasilan Aurangzeb membuat iri saudaranya yakni Dara, hingga terjadi perselisihan antara keduanya. Aurangzeb berhasil unggul dan ia kemudian menangkap ayahnya untuk dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah demi memperoleh kekuasaan. Aurangzeb berhasil naik tahta tahun 1658 hingga 1707 M dengan gelar Alamgir Padshah Ghazi.

dinasti mughal
Aurangzeb

Sistem yang diterapkan oleh Aurangzeb berbeda dengan para penguasa sebelumnya. Ia mengeluarkan kebijakan dengan melarang minuman keras, perjudian, prostitusi, dan penggunaan narkotika. Tahun 1664 M ia mengeluarkan dekrit yang isinya melarang wanita melakukan satidaho, yaitu pembakaran diri seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Kebijakan yang paling ekstrem ialah menyuruh perusakan terhadap kuil-kuil Hindu. Kebijakan tersebut menyulut emosi orang-orang Hindu sehingga mereka melakukan pemberontakan. Pemberontakan terbesar dilakukan oleh kerajaan Maratha yang dipimpin oleh Shivaji Punsala.Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi memang dapat dipadamkan oleh Aurangzeb, namun sepeninggal Aurangzeb semangat pemberontakan ini diwujudkan dengan memisahkan diri dari kekuasaan Mughal.
Penguasa-penguasa setelah Aurangzeb tidak mampu mengembalikan supremasi Mughal. Masa pemerintahan yang pendek dan banyaknya pemberontakan serta lemahnya kekuatan menjadi faktor penyebab kemunduran dinasti Mughal.Penguasa Mughal setelah Aurangzeb antara lain: Bahadur Syah (1707-1712), Jihandar Syah (1712-1713), Azim-us-Syah (1713), Farukh Syiyar (1713-1719), Muhammad Syah (1719-1748). Pada masa Muhammad Syah terjadi terjadi invasi dari Nadir Syah, penakluk Iran dari suku Asfar.
Pada awal abad ke-18 M terjadi disintegrasi wilayah. Nizam al-Mulk menjadi penguasa Hyderabad, Marata dikuasai Shivaji, Rajputh di bawah kekuatan Jat Singh, Punjab dikuasai kelompok Singh, Audh dipegang oleh Sadath Khan dan Bengal menjadi wilayah Suja’ al-Din. Pengganti Muhammad Syah adalah Ahmed Syah (1748-1754), diteruskan Alamgir II (1754-1759), Syah Alam (1759-1806). Pada tahun 1761 M Dinasti Mughal yang sudah tidak berdaya diserang oleh Ahmad Syah Durrani dari Afghan pada pertempuran Panipat III.
Sepeninggal Syah Alam II, ada dua raja terakhir yang berkuasa yaitu Muinuddin Akbar II dan Sirajuddin Bahadur Syah II. Muinuddin naik tahta pada tahun 1806 M, namun hingga wafatnya pada tahun 1837 M, Muinuddin tidak mampu melepaskan diri dari cengkeraman Inggris dan tidak berhasil menghadapi penguasa suku di India.

dinasti mughal
Silsilah Dinasti Mughal

Begitu pula pelanjutnya, Sirajuddin Bahadur Syah II (1837-1858).Pada masanya pengaruh Inggris semakin besar.Bahkan raja pun berada di bawah kontrol Inggris. Sejak itu para raja digaji oleh pemerintahan Inggris.Pemerintah Inggris juga memperlakukan penduduk secara semena-mena, baik yang beragama Islam maupun Hindu.Pada tahun 1857 M terjadi perlawanan umum perang kemerdekaan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris. Akan tetapi usaha ini gagal, Sirajuddin  ditangkap dan diasingkan ke Rangoon (Myanmar) pada tahun 1858 M hingga akhirnya Ia meninggal dunia di sana. Sejak saat itulah dominasi Inggris semakin kuat, sehingga kekuasaan Mughal pun semakin melemah dan akhirnya hancur.

Perkembangan Ilmu dan Peradaban pada Masa Dinasti Mughal

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwasanya ketika Islam berada di suatu wilayah,Iaakan membangun suatu peradaban yang tinggi di wilayah tersebut. Begitu juga yang terjadi di anak benua India, khususnya pada masa pemerintahan Dinasti Mughal.Sejak kedatangannya, Islam mulai membangun peradaban yang agung dan mengesankan.Peradaban ini tercermin dari perkembangan dalam berbagai bidang seperti bidang sastra, seni lukis, seni musik, seni bangunan (arsitektur), dan ilmu pengetahuan. Dalam bidang lain yang tak kalah maju yakni dari segi ekonomi, dan politik serta militernya.
Kesusastraan berkembang di Mughal, hal ini terbukti dengan adanya penyair-penyair yang dipekerjakan oleh istana. Salah seorang sastrawan sufi yang terkenal adalah Muhammad Jayazi dengan karyanya yang terkenal yakni Padmavat.Karya tersebut merupakan sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia.
Seni lukis juga menjadi salah satu bidang kesenian yang berkembang pada masa Mughal, hal ini terbukti ketika Raja Babur berkuasa. Ia sangat menyukai lukisan pemandangan air terjun, telaga, bunga, dan taman. BahkanIamemiliki sejumlah pelukis di istana.
Sementara pada masa Akbar dibentuklah sebuah lembaga bagi para pelukis yang salah satu agendanya mengundang pelukis seluruh dunia tanpa membedakan agama dan ras untuk bersama-sama menciptakan berbagai lukisan.Salah satu karya yang monumental pada masa ini adalah karya Abdus Samadyang berhasil menulis Surah al-Ikhlas di atas sebutir biji opium (khashkhash).
Selain itu banyak juga pelukis terkenal pada masa Jahangir, yakni Farukh Beg, Muhammad Nadir Khan, Aqa Reza, dan yang lainnya.Namun sayang pada masa Aurangzeb, para pelukis istana diusir karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama.
Seni musik merupakan salah satu kesenian yang menarik perhatian para raja Mughal.Pada masa Humayun terdapat seorang penyanyi yang terkenal yakni Baccu. Sementara pada masa Akbar tercatat ada 36 penyanyi istana yang berasal dari berbagai daerah seperti Iran, Kashmir, dan Asia Tengah.Raja-raja lain seperti Jahangir dan Syah Jehan juga memiliki kesamaan yakni menyukai seni musik sehingga istana selalu dihiasi dengan suara-suara merdu dari penyanyi istana. Namun Raja Aurangzeb sangat bertolak belakang,Iabahkan mengusir para penyanyi istana karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.
Tingginya peradaban Islam di India masih terlihat jelas terutama dari seni bangunan yang sampai saat ini pun masih berdiri kokoh. Ketika Babur berkuasa,ia lebih banyak membangun gedung yang memiliki corak bangunan Iran. Hal ini dikarenakanIatidak menyukai corak bangunanIndia. Bangunan yang dibangun pada masanya yakni sebuah masjid di Kabul Bagh, di Panipat, dan masjid Agung di kota Sanbhal.
Arsitektur yang indah juga dapat dilihat dari Istana Agra dan Fatehpur Sikri. Kedua bangunan ini dibangun pada masa Akbar dengan menggunakan corak Hindu-Islam.Selain bangunan masjid dan istana, terdapat juga bangunan yang berupa benteng seperti Benteng Agra, Lahore, Attak, dan Skandarah.Ada juga bangunan makam yang terkenal yakni makam Jahangir dan ayah mertuanya di Syahidarah.Makam tersebut dihiasi dengan ukiran ayat-ayat Alquran.
Hal lain yang menarik ialah bahwa Raja Syeh Jehan mendapat gelar bapak pembangunan karena banyaknya bangunan yang dibangun pada masanya, seperti Taj Mahal, Masjid Agung Delhi, dan bangunan lainnya.
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan.Sejak berdirinya, banyak ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu.Hal ini karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan serta ulama.Pada masa Aurangzeb misalnya, memberikan sejumlah besar uang dan tanah untuk membangun pusat pendidikan di Lucknow.
Masjid dijadikan lembaga pendidikan dasar.Pada masa Syeh Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Tokoh yang muncul dari bidang keilmuan sejarah yakni Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari. Dalam karyanya tersebut, Abu Fadl memaparkan sejarah Dinasti Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.
Para penguasa Mughal juga memberi perhatian dalam pembuatan karya-karya yang berkaitan dengan keagamaan. Misalnya pada masa Akbar ada sejumlah buku yang sangat popular yakni Tuzk-i Baburi, Tarikh-i Alfi, Akbar Nameh, Ain-i Akbari, dan beberapa karya lainnya. Pada masa Alamgir, terdapat buku keagamaan yang sangat popular yakni Fatawa-i Alamgiri.Karya ini berisi fatwa, perintah, atau seruan Alamgir.Selain itu Alamgir juga menulis sebuah karyanya sendiri yang berjudul Ruqaat-i Alamgiri, yang isinya juga berupa fatwa-fatwanya sendiri.Karya-karya tersebut menjadi salah satu koleksi yang disimpan dalam perpustakaan yang dibangun oleh Mughal.Misalnya saja tahun 1641, terdapat perpustakaan di Agra yang mengoleksi sekitar 20.000 buku.
Kemajuan Dinasti Mughal juga dapat dilihat dari bidang ekonomi yakni majunya pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau, dan kapas.Pemerintah membangun lembaga khusus untuk mengelola pertanian. Dibentuk pula komunitas-komunitas pertanian yang dipimpin oleh seorang mukaddam.Melalui mukaddam inilah pemerintah dapat berhubungan dengan petani.
Sementara bidang industri yang terkenal adalah industri tenun yang sudah diekspor hingga ke Eropa, Arab, Asia Tenggara, dan sekitarnya. Selain itu ada sekitar 70 pabrik yang didirikan demi memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya pabrik uang, pabrik peralatan dapur, pabrik wangi-wangian, pabrik amunisi, dan lain sebagainya.
Bidang politik yang menonjol adalah sistem politik Silh-e-Kulatau toleransi universal.Sistem ini dianggap tepat karena mayoritas masyarakat IndiaberagamaHindu sedangkan Mughal adalah dinasti Islam.Di bidang militer, Mughal terkenal memiliki pasukan yang kuat.Mereka terdiri dari pasukan gajah, berkuda, dan meriam.Wilayahnya dibagi menjadi distrik-distrik dan setiap distrik dipimpin oleh sipah salar.Sementara sub distrik dipimpin oleh faudjar. Melalui sistem inilah pasukan Mughal berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya.

Persebaran Islam pada Masa Dinasti Mughal

Sebagai salah satu dinasti Islam di India, Mughal memiliki peran yang cukup signifikan dalam mengembangkan Islam di daerah tersebut.Hal yang mendorong perkembangan Islam adalah dalam bidang pendidikan.Pihak kerajaan memberi perhatian besar terhadap bidang pendidikan dengan membangunkan sejumlah masjid yang tidak hanya sebagai tempat beribadah semata, tetapi juga dijadikan tempat belajar agama.
Di masjid juga disediakan ulama yang siap memberi pengajaran agama dalam berbagai cabang ilmu keagamaan. Hal ini menarik perhatian masyarakat sehingga mereka pun mengikuti kegiatan pengajaran ini. Bahkan bagi mereka yang memang sungguh-sungguh ingin menuntut ilmu juga disediakan ruang khusus untuk tinggal selama proses pengajaran. Pengajaran ilmu agama ini mengalami perkembangan, bahkan masjid raya berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah universitas.Adanya masjid sebagai tempat menuntut ilmu Islam ini ditujukan bagi masayrakat umum, sementara pendidikan Islam bagi orang kaya, pihak Mughal telah menyediakan madrasah-madrasah khusus.
Selain masjid, terdapat pula khanqah(pesantren) yang dipimpin oleh wali atau ulama.Pesantren ini umumnya didirikan di daerah pedalaman. Di khanqah diajarkan beberapa cabang keilmuan yang ternyata bukan hanya di bidang keagamaan tetapi juga menyangkut ilmu umum seperti matematika, mantik (logika), filsafat, sejarah, geografi, dan lain sebagainya. Sementara keilmuan agama yang dikaji antara lain tafsir Alquran, hadis, fikih. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Persia.Khanqah ini dibuka untuk laki-laki maupun perempuan.
Selain dengan adanya lembaga pendidikan, keilmuan Islam juga berkembang berkat didirikannya perpustakaan yang bisa diakses oleh siapa saja. Pada masa ini juga dilakukan penerjemahan beberapa karya ke dalam bahasa Persia, misalnya saja kisah Mahabarata dan Ramayana karya Badayuni, Athar Veda yang diterjemahkan oleh Ibrahim Sirhindi, Leila Wati yang diterjemahkan oleh Hanifi.
Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam.Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru.Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam.Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India.Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-symbol agama yang di kedepankan.
Di sisi lain perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh.
Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi’ah untuk mengembangkan pengaruhnya.Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual.Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’iah.

Reaksi Kaum Muslim di India (Dinasti Mughal) Terhadap Kehadiran Bangsa Eropa

India tidak lepas dari adanya kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa Eropa. Sejak tahun 1498 M bangsa Eropa (Portugis, Belanda Perancis, dan Inggris) melakukan penetrasi terhadap kerajaan Mughal. Hal ini terlihat dari banyaknya sumber daya alam yang telah mereka angkut ke negeri mereka. Awalnya bangsa eropa membuka jalur Ro’su ar-Rojaus Shalih yang menghubungkan secara langsung perdagangan India dengan Eropa. Portugis mengawalinya dengan menguasai beberapa tempat di India selama 1 abad (1500-1600 M). Kemudian disusul oleh Belanda dan Perancis, hingga akhirnya tinggal Inggris yang menjadi penguasa satu-satunya.
Melalui perdagangan, bangsa Eropa mulai menguasai daerah-daerah pesisir dan melakukan politik adu-domba kepada penguasa-penguasa lokal di sana. Hasilnya bangsa Eropa memperoleh hak istimewa dari penguasa lokal terutama dalam bidang perdagangan. Dengan cara ini Eropa berhasil menanamkan jasa sekaligus men-campuri urusan pemerintah lokal. Selanjutnya daerah yang dikuasai Eropa ini mulai membangkang dari Dinasti Mughal, bahkan Iran dan Afghanistan melancarkan perlawanan.
Meskipun tujuan awalnya adalah berdagang melalui British East India Company (EIC), akhirnya Eropa (Inggris) berusaha menguasai keseluruhan wilayah India.EIC merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan.Untuk menunjang usahanya, EIC mendirikan beberapa pabrik seperti di daerah Surath (1612), Madras (1640), Bombay (1674), dan Calcutta (1690).Pabrik tersebut memproduksi kain sutra, sutra kasar, kain tenun dan lain-lain.selain itu mereka juga mengekspor nila dan rempah-rempah, serta mengimpor emas, perak dan logam lainnya.
Ketika orang-orang india menyadari bahwa gerakan perdagangan inggris telah menjelma menjadi bentuk penjajahan yang nyata, terjadilah banyak revolusi di india, yang mayoritas dipimpin oleh orang-orang Islam. Pemuka-pemuka kaum yang ingin memberontak kepada inggris kemudian meminta bahadur syah (raja Mughal) untuk memimpin pemberontakan untuk mengembalikan kemerdekaan dan kebesaran india.
Tahun 1857 M, berkobarlah pemberontakan yang dikenal dengan nama Pemberontakan Sipahi. NamunInggris dapat meredam pemberontakan tersebut karena dibantu oleh beberapa maharaja Hindu dan raja-raja Islam lain yang tidak suka akan kekuasaan dinasti Mughal. Setelah itu inggris tidak segan-segan membunuh penduduk india yang membangkang tersebut dan juga menangkap Bahadur Syah untuk dipenjarakan. Bahadur akhirnya dibuang ke Rangoon dan wafat di sana.
Revolusi ini yang mendorong inggris segera mengumumkan ketundukan india di bawah kepemimpinan inggris secara langsung pada tahun 1885 M. Adapun maharaja india Brahmana dan sultan-sultan Islam yang tinggal dan memberi jasa besar kepada inggris diberikan kemegahan dan kekuasaan. Ratu Victoria dilantik menjadi kaisar di india, kemudian maharaja dan sultan di india tadi berduyun-duyun menuju London sebagai pengawal kaisar baru mereka. Hingga akhirnya di kemudian hari india mendapat kemerdekaannya dan wilayahnya terbagi menjadi dua, yakni negara india sendiri yang mayoritas hindu dan Pakistan yang mayoritas muslim.

SEJARAH PERADABAN ISLAM
MASA TURKI USMANI (1294-1924)
 
 
PENDAHULUAN
Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, keadaan politik umat Islam mengalami kemajuan kembali oleh tiga kerajaan besar: Turki Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dari ketiganya, Turki Usmani adalah yang terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium islam. Dengan wilayahnya yang luas membentang dari Afrika Utara, Jazirah Arab, Balkan hingga Asia Tengah, Turki Usmani menyimpan keberagaman bangsa, budaya dan agama, Turki usmani mampu berkuasa selama kurang lebih 6 abad berturut-turut. Tentunya hal ini membawa kesan tersendiri bahwa kerajaan Turki Usmani mampu membawa masyarakat islam dalam keajayaan selama 6 abad, hal yang menurut pemakalah adalah tergolong luar biasa.
Makalah ini berusaha memaparkan kembali sejarah peradaban islam masa turki usmani yang penuh dengan suasana politik, makalah ini akan berusaha menjelaskan bagaimana kerajaan turki usmani mampu menjadi kerajaan islam yang paling hebat sepanjang masa, serta bagaimana pula kerajaan islam sebesar ini bisa runtuh dan akhirnya menjadi republik turki pada tahun 1924.
RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan makalah ini penulis akan menulis dengan mengacu pada rumusan masalah, yaitu:
Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Raja-Raja Turki Usmani
Kemajuan Turki Usmani
Runtuhnya Kerajaan Turki Usmani
Analisis
PEMBAHASAN
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN TURKI USMANI
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa orang-orang utsmaniyah
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Byzantium (romawi timmur). Penaklukan-penaklukan oleh pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur negeri ini, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung  thurus  sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah , kam muslim belum mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang aas romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank am muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia , pemerintahan utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.[1]
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih muda dari kedua orang putranya sebagai calon pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat anaknya  masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah menunjukkan kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin (kakaknya) lebih potensial dalam bidang agama dan hukum.  Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada tahun 1338 M.
RAJA-RAJA TURKI USMANI
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman.
Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.
Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.
Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya. 
Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Untuk lebih jelas tentang kekhilafaan dinasti Turki Utsmani ini, berikut kami akan tampilkan sejumlah nama raja-raja serta tahun pengangkatannya dalam table dibawah ini:
No.
Nama Khilafah
   Tahun Pengangkatan  (Masehi)
1
Utsman I
1281
2
Orhan
1324
3
Murad I
1306
4
Bayazid I
1389

Peralihan Kekuasaan
1402
5
Muhammad I
1413
6
Murad II
1421
7
Muhammad II
1444
8
Murad II (menjabat yang kedua kalinya)
1446
9
Muhammad II (menjabat ketiga kalinya)
1451
10
Bayazid II
1481
11
Saim I
1512
12
Sulaiman I
1520
13
Salim II
1566
14
Murad III
1574
15
Muhammad III
1594
16
Ahmad I
1603
17
Musthofa I
1617
18
Utsman II
1618
19
Musthofa I (menjabat kedua kalinya)
1622
20
Murad IV
1623
21
Ibrahim
1640
22
Muhammad IV
1648
23
Sulaiman II
1678
24
Ahmad II
1691
25
Musthofa II
1695
26
Ahmad III
1703
27
Mahmud I
1730
28
Utsman III
1754
29
Musthofa III
1757
30
Abdul Hamid I
1774
31
Salim III
1789
32
Musthofa IV
1807
33
Mahmud II
1808
34
Abdul Majid I
1839
35
Abdul Aziz
1861
36
Murad V
1876
37
Abdul Hamid II
1876
38
Muhammad Rasyid V
1909
39
Muhammad Wahid al-Din
1918
40
Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah saja)
1914
KEMAJUAN TURKI USMANI
ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri  Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar  dan dengan mudahnya dapat menaklukan  Sebagian daerah benua  Eropa  yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli  1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan  dalam negri dan melakukan perluasan ke benua  Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan  Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh  kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan  Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra –putranya (Muhammad, isa dan sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia berhasil  menyatukan kembali  kekuatan  dan daerahnya  dari  bangsa  mongol,  terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II.  Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial  akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan   ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus  Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya :
Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.[2]
ASPEK ILMU PENGETAHUAN
Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan  kurang begitu menonjol, tidak seperti  Dinasti islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu pengetahuan memdapat cukup perhatian, sehingga pada masa itu tampak kemajuannya, terbukti dengan tersebarnya sekolah-sekolah dan  akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun kecil, demikian pula dengan desa-desa terpencil. Disamping itu semua sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi telah terorganisir, berjenjang dan memiliki kurikulum serta  bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi kepedulian akan ilmu pengetahuan juga terlihat dari perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dimana pengelolaan perpustakaan tersebut sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjan.[3]
Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia dan arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi, seorang ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi operasi bedah[4].
RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani menderita kekalahan dalam penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam pertempuran di Mohakez, Hungaria dan menandatangani perjanjian karlowits pada tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.[5]
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih[6]
Apabila dikategorikan, maka faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani adalah:
Faktor internal
Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
Heterogenitas penduduk dan agama.
Kehidupan istimewa yang bermegahan.
Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
Faktor Eksternal
Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.
Melihat faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran turki tersebut, hal ini berawal dari orang-orang arab yang menghadapi orang-orang utsmaniyah, mereka berada dalam dilema yaitu mereka di sisi lain ingin menghormati turki sebagai cerminan persatuan kaum muslimin, di sisi lain mereka mempunyai landasan berfikir ingin memerdekakan diri dari kerajaan turki tersebut.[7]
ANALISIS
Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa, kerajaan turki usmani telah diakui oleh sejarah sebagai kerajaan islam terbesar dan terlama disbanding dengan kerajaan islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal penting sehingga kerajaan ini mampu bertahan sedemikian lamanya. Penulis ingin menganalisis dari bebagai aspek, yaitu:
Sistem sosial masyarakat, salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan turki usmani adalah adanya persatuan di antara masyarakatnya yang begitu banyak, (pada tahun 1520 jumlah penduduk kerajaan turki usmani adalah 11,692,480 peduduk). Persatuan ini oleh pemerintah diwadahi dalam bentuk organisasi keagamaan bernama millet. Millet adalah kelompok agama yang diperbolehkan membangun komunitasnya sendiri di bawah peraturan dan perlindungan kerajaan turki usmani. pluralitas yang diberikan pada rakyatnya mampu memberikan rasa persatuan bagi rakyat dari berbagai wilayah yang ditaklukannya sehingga, semua masyarakatnya bersatu. Namun pada akhirnya sistem ini runtuh bersamaan dengan munnculnya paham nasionalisme yang disebarkan oleh bangsa barat, yang memang bertujuan menyerang dari dalam masyarakatnya. Sehingga setiap wilayah / kerajaan kecil yang ditaklukannya mulai memberontak dari dalam atas semangat nasionalisme mereka, masyarakat kerajaan turki usmani pun kemudian terpecah belah, setelah sebelumnya bersatu, bahkan kerajaan turki usmani mendapat julukan “The Sickman Europe” (Orang Eropa yang sakit). Hal ini kemudian ingin dihilangkan dengan memberikan paham pan-turkisme, paham untuk menyatukan seluruh masyrakat turki, namun paham ini tidak bisa diterima rakyat, berlanjut dengan paham pan-islamisme oleh Sultan Abdul Hamid II, paham yang menyerukan umat islam bersatu secara politik, persatuan ini diwujudkan berupa pengakuan sultan turki usmani sebagai khalifah umat islam, gagasan ini berhasil mendapat simpati umat islam untuek beberapa tahun. Namun perlawanan barat tidak berhenti sampai di situ, kartu As terakhir mereka adalah mengusung paham demokrasi yang kemudian mengakhiri kerajaan turki usmani dan memunculkan republik turki yang dipelopori oleh Mustafa kemal attaturk.
Kekuatan militer, berbeda dengan kerajaan-kerajaan islam sebelumnya, kerajaan turki usmani, mulai dari raja pertamanya Usman hingga raja terhebatnya Sulaiman Al Qanuni, lebih memfokuskan pada perkembangan militer. Hal ini dikarenakan bangsa turki terkenal sebaga bangsa yang berdarah militer, sehingga semangat militernya sangat kuat, untuk itu sebagian besar APBN kerajaan dipergunakan untuk membiayai prajurit perang daripada untuk keperluan lain, seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Bahkan untuk memperbanyak prajurit, raja kedua turki usmani, Orkhan mengangkat Bangsa-bangsa non-Turki sebagai prajurit, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan kerajaan ini lebih kuat dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, sehingga semakin banyak wilayah yang ditaklukkan maka semakin banyak pula prajurit-prajurit baru yang dapat dilatih untuk dijadikan tentara islam. Jadilah kerajaan turki usmani kerajaan yang hebat dan berwilayah yang luas.
Sistem pemerintahan, saat wilayah semakin luas, tentunya sistem pemerintahan harus hebat juga, dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Sulaiman Al Qanuni menerapkan sistem pemerintahan pembagian wilayah kekuasaan, sehingga dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati). Hal ini menjadikan kerajaan turki usmani pada masa sulaiman Al-Qanuni bisa mengatur wilayah yang sedemikian besarnya.
Ilmu pengetahuan, meskipun kerajaan turki usmani hebat dalam hal sistem militer dan sistem pemerintahan, namun mereka tidak terlalu memperhatikan ilmu pengetahuan, yang sebenarnya bisa lebih memperkuat tenaga militer. APBN Negara sebagian besar dipergunakan untuk membiayai pendidikan militer bangsa-bangsa non-turki untuk dijadikan prajurit islam yang kuat, sehingga hanya sedikit yang dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan kelemahan tersendiri bagi mereka. Berbeda dengan kerajaan-kerajaan barat yang lebih memfokuskan perhatian pada ilmu pengetahuan, sehingga perkembangan ilmu pengetahuannya berkembang pesat, yang kemudian memperkuat militer dengan senjata-senjata api baru, yang tidak dimiliki oleh turki usmani. ketika bangsa turki usmani diserang oleh bangsa barat dengan senjata baru mereka, bangsa turki usmani mulai kekualahan. Sehingga pasca kehebatan dan wilayahnya yang luas, sedikit demi sedikit kerajaan ini mulai digerogoti, baik dari luar kerajaan maupun dari dalam kerajaan (pemberontak).
Munculnya kaum elit, bahwa raja-raja setelah sulaiman al qanuni, kurang bisa mengatur pemerintahannya, bahkan ditambah lagi munculnya kaum elit kapitalis di wilayah pemerintahan, sehingga individualitas antar pemimpin dan golongan-golongan elit semakin tumbuh, yang berlanjut dengan penumpukan harta umtuk kepentingan masing-masing, hal ini dimanfaatkan oleh Negara-negara yang telah dikuasainya untuk memerdekakan diri, mereka tidak mau lagi dimanfaatkan tenaganya oleh bangsa turki untuk dijadikan tentara, disamping itu serangan-serangan barat pada wilayah terluar kerajaan juga semakin memperburuk suasana pemerintahan, anggaran dana yang seharusnya dipergunakan untuk memperkuata pertahanan militer Negara sebagian besar dikuasai dan dimonopoli oleh kaum elit kerajaan, hal ini mengakibatkan semangat berperang prajurit melemah karena tidak adanya dana untuk peperangan yang memadai, sehingga perlahan-lahan wilayah kerajaan mulai mengalami penyusutan, hingga pada tahun 1924 kerajaan turki usmani berubah menjadi republik turki.
KESIMPULAN
Kerajaan turki utsmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan. Pada abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa arab, bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani yang memimpin selama kurang lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan kemiliteran mereka dari pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah satu hal yang terpenting yang harus dimiliki leh seorang pemimin, dengan orientasi penalukan konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan kerajaan turki utsmani menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri.  Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari tentunya makalah ini tak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu kesalah tulisan atau kesalahan materi, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca dan dosen pengampu senantiasa kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.
Peta Wilayah Kekuasaan Turki Usmani

Komentar