Dinasti Mughal 1526-1857 M : Imperium Islam di India
Peradaban Islam periode
klasik-pertengahan merupakan peradaban yang agung. Saat itu tidak ada
peradaban lain yang mampu menandingi kebesarannya. Kejayaan Islam
dirasakan di berbagai daerah, salah satunya adalah India. Di India,
Islam pernah berjaya terbukti dengan banyaknya dinasti-dinasti Islam
yang pernah didirikan di sana, misalnya saja Dinasti Mamluk (1206-1290),
Dinasti Khalji (1206-1320), Dinasti Tugluq (1320-1413), dan beberapa dinasti lain. Namun terdapat dinasti yang paling menonjol di India, yakni Dinasti Mughal.
Dinasti Mughal merupakan dinasti Islam
yang berkuasa di India pada abad ke-16 hingga abad ke-19. Dinasti ini
termasuk dalam tiga dinasti besar ( Mughal, Turki Utsmani, dan Safawiyah)
yang muncul pada masa pertengahan. Dinasti Muhgal memiliki peranan
besar dalam pengembangan agama Islam di India, mulai dari sastra hingga
arsitektur.dinasti ini memiliki beberapa daya tarik untuk dibahas,
misalnya saja karena di India merupakan tempat lahir dan berkembangnya
kebudayaan Hindu Buddha yang dapat dikatakan sudah mengakar kuat dalam
masyarakat. Untuk itulah penulis tertarik untuk membahas bagaimana
perkembangan Dinasti Islam Mughal ini.
Dinamika Politik Dinasti Mughal
Dinasti Mughal merupakan dinasti yang
diperintah oleh raja-raja yang berasal dari daerah Asia Tengah,
keturunan Timur Lenk. Timur Lenk adalah seorang muslim yang fanatik. Ia
mengadakan ekspansi ke India tahun 1398 M. Namun pada saat itu Ia tidak
berambisi menguasai India sepenuhnya, jadi Ia hanya mengangkat seorang
gubernur untuk memimpin Multan, India.
Sementara generasi kelima dari Timur
Lenk, yakni Zahiruddin Babur-lah yang berusaha ingin menguasai India
secara menyeluruh. AwalnyaIamenguasai Punjab, kemudian Delhi. Akan
tetapi gerak ekspansinya sempat dihadang oleh Dinasti Lody, hingga
akhirnya pecahlah Perang Panipat I tahun 1526 M. Lody pun terbunuh dan
Babur berhasil menguasai sebagian besar daerah di India.
Babur berkuasa hingga tahun 1530 M,
kemudian digantikan oleh putranya, Nashiruddin Humayun (1530-1540 dan
1555-1556 M). Sepanjang pemerintahannya kondisi negara tidak stabil
karena terjadi banyak perlawanan dari musuh-musuhnya.Pada tahun 1540 M
terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan di Qanuj.Dalam
pertempuran ini Humayun kalah dan akhirnya melarikan diri ke Qandahar
dan dilanjutkan ke Persia. Atas bantuan raja Persia,Iamenyusun
kekuatannya kembali. Setelah merasa kuat,Iamelakukan pembalasan dan
menguasai India lagi pada tahun 1555 M.
Kekuasaan Humayun dilanjutkan oleh
anaknya Akbar Khan dengan gelar Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan.
Sewaktu naik tahta ia masih berumur 15 tahun, karena dianggap masih
terlalu muda maka pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan. Ketika ia
memerintah banyak terjadi pemberontakan dari keturunan Sher Khan, namun
pemberontakan yang paling mengancam adalah pemberontakan yang dipimpin
oleh Himu yang menjadi penguasa di Gwalior dan Agra.Pasukan itu berusaha
memasuki Kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut,
sehingga terjadilah peperangan yang dahsyat, yang disebut perang
Panipat II tahun 1556 M. Himu akhirnya dapat dikalahkan dan daerahnya
jatuh ke tangan Mughal.
Setelah dewasa Akbar menyingkirkan
Bairam yang dianggap mempunyai pengaruh yang terlampau kuat. Bairam Khan
melakukan pemberontakan, namun berhasil dikalahkan oleh Akbar di
Jullandur tahun 1561 M. Setelah menyelesaikan masalah-masalah dalam
negeri, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Pada masa
pemerintahannya, Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor,
Ranthabar, hingga mencapai Ahmadnagar, dan beberapa daerah lainnya.
Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan
militeristik.Di mana kepemimpinan umum dipegang oleh raja sementara
pejabat-pejabat sipil diambil dari jenjang militer.
Selama menjalankan pemerintahan, Akbar
menekankan terciptanya stabilitas dan keamanan dalam negeri. Ia
menyadari bahwa masyarakat India merupakan masyarakat yang plural, baik
dari segi agama maupun etnis. Untuk itu kebijakan yang ia buat salah
satu tujuannya untuk mencapai persatuan dalam negeri, misalnya saja
dengan adanya kebijakan Din-i Illahi yakni menjadikan semua
agama yang ada di India menjadi satu. Pembahasan lebih lengkap mengenai
kebijakan-kebijakan lainnya dapat dibaca di artikel kebijakan Sultan Akbar.
Agar tujuannya terwujud Akbar menikahi
dua orang putri Hindu, berkhutbah dengan menggunakan simbol Hindu, tidak
mewajibkan khitan dan melarang menyembelih dan memakan sapi, serta
kebijakan lain yang sekiranya mampu menyatukan keberadaan semua agama.
Namun kebijakan ini berakhir ketika Akbar digantikan oleh putranya,
yakni Jahangir (1605-1628 M). Ketika Jahangir berkuasa terjadi beberapa
kali pemberontakan yang yang salah satunya dilakukan oleh anaknya
sendiri Kurram. Dengan bantuan panglimanya, Mahabat Khan, Kurram
menangkap dan menyekap Jahangir. Berkat usaha permaisurinya, permusuhan
ayah dan anak ini dapat dipadamkan. Akhirnya setelah Jahangir wafat,
Kurram menggantikan jabatan raja, dengan gelar Abu Muzaffar Shahabuddin
Muhammad Shah Jehan Padshah Ghazi (1627-1658 M).
Masa pemerintahan Shah Jehan juga tidak
lepas dari adanya pemberontakan dan perselisihan dari keluarganya
sendiri. Dalam menghadapi pemberontakan dari luar,Ia dibantu oleh
anaknya sendiri, yakni Aurangzeb. Bahkan di bawah kepemimpinan
Aurangzeb, pasukan mampu melakukan ekspansi ke beberapa wilayah.
Keberhasilan Aurangzeb membuat iri saudaranya yakni Dara, hingga terjadi
perselisihan antara keduanya. Aurangzeb berhasil unggul dan ia kemudian
menangkap ayahnya untuk dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah demi
memperoleh kekuasaan. Aurangzeb berhasil naik tahta tahun 1658 hingga
1707 M dengan gelar Alamgir Padshah Ghazi.
Sistem yang diterapkan oleh Aurangzeb
berbeda dengan para penguasa sebelumnya. Ia mengeluarkan kebijakan
dengan melarang minuman keras, perjudian, prostitusi, dan penggunaan
narkotika. Tahun 1664 M ia mengeluarkan dekrit yang isinya melarang
wanita melakukan satidaho, yaitu pembakaran diri seorang janda
yang ditinggal mati suaminya. Kebijakan yang paling ekstrem ialah
menyuruh perusakan terhadap kuil-kuil Hindu. Kebijakan tersebut menyulut
emosi orang-orang Hindu sehingga mereka melakukan pemberontakan.
Pemberontakan terbesar dilakukan oleh kerajaan Maratha yang dipimpin
oleh Shivaji Punsala.Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi memang
dapat dipadamkan oleh Aurangzeb, namun sepeninggal Aurangzeb semangat
pemberontakan ini diwujudkan dengan memisahkan diri dari kekuasaan
Mughal.
Penguasa-penguasa setelah Aurangzeb
tidak mampu mengembalikan supremasi Mughal. Masa pemerintahan yang
pendek dan banyaknya pemberontakan serta lemahnya kekuatan menjadi
faktor penyebab kemunduran dinasti Mughal.Penguasa Mughal setelah
Aurangzeb antara lain: Bahadur Syah (1707-1712), Jihandar Syah
(1712-1713), Azim-us-Syah (1713), Farukh Syiyar (1713-1719), Muhammad
Syah (1719-1748). Pada masa Muhammad Syah terjadi terjadi invasi dari
Nadir Syah, penakluk Iran dari suku Asfar.
Pada awal abad ke-18 M terjadi
disintegrasi wilayah. Nizam al-Mulk menjadi penguasa Hyderabad, Marata
dikuasai Shivaji, Rajputh di bawah kekuatan Jat Singh, Punjab dikuasai
kelompok Singh, Audh dipegang oleh Sadath Khan dan Bengal menjadi
wilayah Suja’ al-Din. Pengganti Muhammad Syah adalah Ahmed Syah
(1748-1754), diteruskan Alamgir II (1754-1759), Syah Alam (1759-1806).
Pada tahun 1761 M Dinasti Mughal yang sudah tidak berdaya diserang oleh
Ahmad Syah Durrani dari Afghan pada pertempuran Panipat III.
Sepeninggal Syah Alam II, ada dua raja
terakhir yang berkuasa yaitu Muinuddin Akbar II dan Sirajuddin Bahadur
Syah II. Muinuddin naik tahta pada tahun 1806 M, namun hingga wafatnya
pada tahun 1837 M, Muinuddin tidak mampu melepaskan diri dari
cengkeraman Inggris dan tidak berhasil menghadapi penguasa suku di
India.
Begitu pula pelanjutnya, Sirajuddin
Bahadur Syah II (1837-1858).Pada masanya pengaruh Inggris semakin
besar.Bahkan raja pun berada di bawah kontrol Inggris. Sejak itu para
raja digaji oleh pemerintahan Inggris.Pemerintah Inggris juga
memperlakukan penduduk secara semena-mena, baik yang beragama Islam
maupun Hindu.Pada tahun 1857 M terjadi perlawanan umum perang
kemerdekaan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris. Akan tetapi
usaha ini gagal, Sirajuddin ditangkap dan diasingkan ke Rangoon
(Myanmar) pada tahun 1858 M hingga akhirnya Ia meninggal dunia di sana.
Sejak saat itulah dominasi Inggris semakin kuat, sehingga kekuasaan
Mughal pun semakin melemah dan akhirnya hancur.
Perkembangan Ilmu dan Peradaban pada Masa Dinasti Mughal
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwasanya
ketika Islam berada di suatu wilayah,Iaakan membangun suatu peradaban
yang tinggi di wilayah tersebut. Begitu juga yang terjadi di anak benua
India, khususnya pada masa pemerintahan Dinasti Mughal.Sejak
kedatangannya, Islam mulai membangun peradaban yang agung dan
mengesankan.Peradaban ini tercermin dari perkembangan dalam berbagai
bidang seperti bidang sastra, seni lukis, seni musik, seni bangunan
(arsitektur), dan ilmu pengetahuan. Dalam bidang lain yang tak kalah
maju yakni dari segi ekonomi, dan politik serta militernya.
Kesusastraan berkembang di Mughal, hal
ini terbukti dengan adanya penyair-penyair yang dipekerjakan oleh
istana. Salah seorang sastrawan sufi yang terkenal adalah Muhammad
Jayazi dengan karyanya yang terkenal yakni Padmavat.Karya tersebut merupakan sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia.
Seni lukis juga menjadi salah satu
bidang kesenian yang berkembang pada masa Mughal, hal ini terbukti
ketika Raja Babur berkuasa. Ia sangat menyukai lukisan pemandangan air
terjun, telaga, bunga, dan taman. BahkanIamemiliki sejumlah pelukis di
istana.
Sementara pada masa Akbar dibentuklah
sebuah lembaga bagi para pelukis yang salah satu agendanya mengundang
pelukis seluruh dunia tanpa membedakan agama dan ras untuk bersama-sama
menciptakan berbagai lukisan.Salah satu karya yang monumental pada masa
ini adalah karya Abdus Samadyang berhasil menulis Surah al-Ikhlas di atas sebutir biji opium (khashkhash).
Selain itu banyak juga pelukis terkenal
pada masa Jahangir, yakni Farukh Beg, Muhammad Nadir Khan, Aqa Reza, dan
yang lainnya.Namun sayang pada masa Aurangzeb, para pelukis istana
diusir karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama.
Seni musik merupakan salah satu kesenian
yang menarik perhatian para raja Mughal.Pada masa Humayun terdapat
seorang penyanyi yang terkenal yakni Baccu. Sementara pada masa Akbar
tercatat ada 36 penyanyi istana yang berasal dari berbagai daerah
seperti Iran, Kashmir, dan Asia Tengah.Raja-raja lain seperti Jahangir
dan Syah Jehan juga memiliki kesamaan yakni menyukai seni musik sehingga
istana selalu dihiasi dengan suara-suara merdu dari penyanyi istana.
Namun Raja Aurangzeb sangat bertolak belakang,Iabahkan mengusir para
penyanyi istana karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.
Tingginya peradaban Islam di India masih
terlihat jelas terutama dari seni bangunan yang sampai saat ini pun
masih berdiri kokoh. Ketika Babur berkuasa,ia lebih banyak membangun
gedung yang memiliki corak bangunan Iran. Hal ini dikarenakanIatidak
menyukai corak bangunanIndia. Bangunan yang dibangun pada masanya yakni
sebuah masjid di Kabul Bagh, di Panipat, dan masjid Agung di kota
Sanbhal.
Arsitektur yang indah juga dapat dilihat
dari Istana Agra dan Fatehpur Sikri. Kedua bangunan ini dibangun pada
masa Akbar dengan menggunakan corak Hindu-Islam.Selain bangunan masjid
dan istana, terdapat juga bangunan yang berupa benteng seperti Benteng
Agra, Lahore, Attak, dan Skandarah.Ada juga bangunan makam yang terkenal
yakni makam Jahangir dan ayah mertuanya di Syahidarah.Makam tersebut
dihiasi dengan ukiran ayat-ayat Alquran.
Hal lain yang menarik ialah bahwa Raja
Syeh Jehan mendapat gelar bapak pembangunan karena banyaknya bangunan
yang dibangun pada masanya, seperti Taj Mahal, Masjid Agung Delhi, dan
bangunan lainnya.
Dinasti Mughal juga banyak memberikan
sumbangan di bidang ilmu pengetahuan.Sejak berdirinya, banyak ilmuwan
yang datang ke India untuk menuntut ilmu.Hal ini karena adanya dukungan
dari penguasa dan bangsawan serta ulama.Pada masa Aurangzeb misalnya,
memberikan sejumlah besar uang dan tanah untuk membangun pusat
pendidikan di Lucknow.
Masjid dijadikan lembaga pendidikan
dasar.Pada masa Syeh Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi.
Tokoh yang muncul dari bidang keilmuan sejarah yakni Abu Fadl dengan
karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari. Dalam karyanya tersebut, Abu Fadl memaparkan sejarah Dinasti Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.
Para penguasa Mughal juga memberi
perhatian dalam pembuatan karya-karya yang berkaitan dengan keagamaan.
Misalnya pada masa Akbar ada sejumlah buku yang sangat popular yakni Tuzk-i Baburi, Tarikh-i Alfi, Akbar Nameh, Ain-i Akbari, dan beberapa karya lainnya. Pada masa Alamgir, terdapat buku keagamaan yang sangat popular yakni Fatawa-i Alamgiri.Karya ini berisi fatwa, perintah, atau seruan Alamgir.Selain itu Alamgir juga menulis sebuah karyanya sendiri yang berjudul Ruqaat-i Alamgiri, yang
isinya juga berupa fatwa-fatwanya sendiri.Karya-karya tersebut menjadi
salah satu koleksi yang disimpan dalam perpustakaan yang dibangun oleh
Mughal.Misalnya saja tahun 1641, terdapat perpustakaan di Agra yang
mengoleksi sekitar 20.000 buku.
Kemajuan Dinasti Mughal juga dapat
dilihat dari bidang ekonomi yakni majunya pertanian terutama untuk
tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau, dan
kapas.Pemerintah membangun lembaga khusus untuk mengelola pertanian.
Dibentuk pula komunitas-komunitas pertanian yang dipimpin oleh seorang mukaddam.Melalui mukaddam inilah pemerintah dapat berhubungan dengan petani.
Sementara bidang industri yang terkenal
adalah industri tenun yang sudah diekspor hingga ke Eropa, Arab, Asia
Tenggara, dan sekitarnya. Selain itu ada sekitar 70 pabrik yang
didirikan demi memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya pabrik uang,
pabrik peralatan dapur, pabrik wangi-wangian, pabrik amunisi, dan lain
sebagainya.
Bidang politik yang menonjol adalah sistem politik Silh-e-Kulatau
toleransi universal.Sistem ini dianggap tepat karena mayoritas
masyarakat IndiaberagamaHindu sedangkan Mughal adalah dinasti Islam.Di
bidang militer, Mughal terkenal memiliki pasukan yang kuat.Mereka
terdiri dari pasukan gajah, berkuda, dan meriam.Wilayahnya dibagi
menjadi distrik-distrik dan setiap distrik dipimpin oleh sipah salar.Sementara sub distrik dipimpin oleh faudjar. Melalui sistem inilah pasukan Mughal berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya.
Persebaran Islam pada Masa Dinasti Mughal
Sebagai salah satu dinasti Islam di
India, Mughal memiliki peran yang cukup signifikan dalam mengembangkan
Islam di daerah tersebut.Hal yang mendorong perkembangan Islam adalah
dalam bidang pendidikan.Pihak kerajaan memberi perhatian besar terhadap
bidang pendidikan dengan membangunkan sejumlah masjid yang tidak hanya
sebagai tempat beribadah semata, tetapi juga dijadikan tempat belajar
agama.
Di masjid juga disediakan ulama yang
siap memberi pengajaran agama dalam berbagai cabang ilmu keagamaan. Hal
ini menarik perhatian masyarakat sehingga mereka pun mengikuti kegiatan
pengajaran ini. Bahkan bagi mereka yang memang sungguh-sungguh ingin
menuntut ilmu juga disediakan ruang khusus untuk tinggal selama proses
pengajaran. Pengajaran ilmu agama ini mengalami perkembangan, bahkan
masjid raya berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah
universitas.Adanya masjid sebagai tempat menuntut ilmu Islam ini
ditujukan bagi masayrakat umum, sementara pendidikan Islam bagi orang
kaya, pihak Mughal telah menyediakan madrasah-madrasah khusus.
Selain masjid, terdapat pula khanqah(pesantren) yang dipimpin oleh wali atau ulama.Pesantren ini umumnya didirikan di daerah pedalaman. Di khanqah
diajarkan beberapa cabang keilmuan yang ternyata bukan hanya di bidang
keagamaan tetapi juga menyangkut ilmu umum seperti matematika, mantik
(logika), filsafat, sejarah, geografi, dan lain sebagainya. Sementara
keilmuan agama yang dikaji antara lain tafsir Alquran, hadis, fikih.
Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Persia.Khanqah ini dibuka untuk laki-laki maupun perempuan.
Selain dengan adanya lembaga pendidikan,
keilmuan Islam juga berkembang berkat didirikannya perpustakaan yang
bisa diakses oleh siapa saja. Pada masa ini juga dilakukan penerjemahan
beberapa karya ke dalam bahasa Persia, misalnya saja kisah Mahabarata
dan Ramayana karya Badayuni, Athar Veda yang diterjemahkan oleh Ibrahim
Sirhindi, Leila Wati yang diterjemahkan oleh Hanifi.
Pada masa Akbar, perkembangan agama
Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada
masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu
konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik
dari berbagai lapisan umat Islam.Bahkan Akbar dituduh membuat agama
baru.Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama
Islam.Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat
beragama di India.Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan
Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-symbol agama yang di kedepankan.
Di sisi lain perbedaan kasta di India
membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah
Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk
terutama dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh
golongan Arya Hindu yang angkuh.
Sebelum dinasti Mughal, muslim India
adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat
bagi Syi’ah untuk mengembangkan pengaruhnya.Pada masa ini juga dibentuk
sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum,
thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali
individual.Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’iah.
Reaksi Kaum Muslim di India (Dinasti Mughal) Terhadap Kehadiran Bangsa Eropa
India tidak lepas dari adanya
kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa Eropa. Sejak tahun 1498 M
bangsa Eropa (Portugis, Belanda Perancis, dan Inggris) melakukan
penetrasi terhadap kerajaan Mughal. Hal ini terlihat dari banyaknya
sumber daya alam yang telah mereka angkut ke negeri mereka. Awalnya
bangsa eropa membuka jalur Ro’su ar-Rojaus Shalih yang
menghubungkan secara langsung perdagangan India dengan Eropa. Portugis
mengawalinya dengan menguasai beberapa tempat di India selama 1 abad
(1500-1600 M). Kemudian disusul oleh Belanda dan Perancis, hingga
akhirnya tinggal Inggris yang menjadi penguasa satu-satunya.
Melalui perdagangan, bangsa Eropa mulai
menguasai daerah-daerah pesisir dan melakukan politik adu-domba kepada
penguasa-penguasa lokal di sana. Hasilnya bangsa Eropa memperoleh hak
istimewa dari penguasa lokal terutama dalam bidang perdagangan. Dengan
cara ini Eropa berhasil menanamkan jasa sekaligus men-campuri urusan
pemerintah lokal. Selanjutnya daerah yang dikuasai Eropa ini mulai
membangkang dari Dinasti Mughal, bahkan Iran dan Afghanistan melancarkan
perlawanan.
Meskipun tujuan awalnya adalah berdagang melalui British East India Company
(EIC), akhirnya Eropa (Inggris) berusaha menguasai keseluruhan wilayah
India.EIC merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
perdagangan.Untuk menunjang usahanya, EIC mendirikan beberapa pabrik
seperti di daerah Surath (1612), Madras (1640), Bombay (1674), dan
Calcutta (1690).Pabrik tersebut memproduksi kain sutra, sutra kasar,
kain tenun dan lain-lain.selain itu mereka juga mengekspor nila dan
rempah-rempah, serta mengimpor emas, perak dan logam lainnya.
Ketika orang-orang india menyadari bahwa
gerakan perdagangan inggris telah menjelma menjadi bentuk penjajahan
yang nyata, terjadilah banyak revolusi di india, yang mayoritas dipimpin
oleh orang-orang Islam. Pemuka-pemuka kaum yang ingin memberontak
kepada inggris kemudian meminta bahadur syah (raja Mughal) untuk
memimpin pemberontakan untuk mengembalikan kemerdekaan dan kebesaran
india.
Tahun 1857 M, berkobarlah pemberontakan
yang dikenal dengan nama Pemberontakan Sipahi. NamunInggris dapat
meredam pemberontakan tersebut karena dibantu oleh beberapa maharaja
Hindu dan raja-raja Islam lain yang tidak suka akan kekuasaan dinasti
Mughal. Setelah itu inggris tidak segan-segan membunuh penduduk india
yang membangkang tersebut dan juga menangkap Bahadur Syah untuk
dipenjarakan. Bahadur akhirnya dibuang ke Rangoon dan wafat di sana.
Revolusi ini yang mendorong inggris
segera mengumumkan ketundukan india di bawah kepemimpinan inggris secara
langsung pada tahun 1885 M. Adapun maharaja india Brahmana dan
sultan-sultan Islam yang tinggal dan memberi jasa besar kepada inggris
diberikan kemegahan dan kekuasaan. Ratu Victoria dilantik menjadi kaisar
di india, kemudian maharaja dan sultan di india tadi berduyun-duyun
menuju London sebagai pengawal kaisar baru mereka. Hingga akhirnya di
kemudian hari india mendapat kemerdekaannya dan wilayahnya terbagi
menjadi dua, yakni negara india sendiri yang mayoritas hindu dan
Pakistan yang mayoritas muslim.
SEJARAH PERADABAN ISLAM
MASA TURKI USMANI (1294-1924)
PENDAHULUAN
Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, keadaan politik umat
Islam mengalami kemajuan kembali oleh tiga kerajaan besar: Turki Usmani di
Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dari ketiganya, Turki Usmani
adalah yang terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium islam. Dengan
wilayahnya yang luas membentang dari Afrika Utara, Jazirah Arab, Balkan hingga
Asia Tengah, Turki Usmani menyimpan keberagaman bangsa, budaya dan agama, Turki
usmani mampu berkuasa selama kurang lebih 6 abad berturut-turut. Tentunya hal
ini membawa kesan tersendiri bahwa kerajaan Turki Usmani mampu membawa
masyarakat islam dalam keajayaan selama 6 abad, hal yang menurut pemakalah
adalah tergolong luar biasa.
Makalah ini berusaha memaparkan kembali sejarah peradaban islam
masa turki usmani yang penuh dengan suasana politik, makalah ini akan berusaha
menjelaskan bagaimana kerajaan turki usmani mampu menjadi kerajaan islam yang
paling hebat sepanjang masa, serta bagaimana pula kerajaan islam sebesar ini
bisa runtuh dan akhirnya menjadi republik turki pada tahun 1924.
RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan makalah ini penulis akan menulis dengan mengacu
pada rumusan masalah, yaitu:
Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Raja-Raja Turki Usmani
Kemajuan Turki Usmani
Runtuhnya Kerajaan Turki Usmani
Analisis
PEMBAHASAN
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN TURKI USMANI
Bangsa Turki
tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti,
yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk
oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki
Usmani.
Anatolia
sebelum masa orang-orang utsmaniyah
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan
kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Byzantium (romawi timmur).
Penaklukan-penaklukan oleh pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur
negeri ini, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung thurus
sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah , kam muslim belum
mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha
penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh
orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang aas romawi, pengaruh
kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki
pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari
saljuk romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank am muslimin dan
ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain jalut,
tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul
kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya
Mongolia , pemerintahan utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.[1]
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari
kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu,
kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak.
Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok
lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan Erthoghul
bin sulaiman.
Nama Kerajaan
Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra yang
bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir
istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah
bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara
Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad
ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13
M, Erthoghul pergi ke Anatolia.
Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin
Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul
menang dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari
Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat sebagai
akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki
Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka
mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan
Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di
Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu
kotanya.
Ertugrul
meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya
yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300,
bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam
beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim
Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus
memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak
langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar
“Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman
mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M,
secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar
daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah
yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat
dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir
kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih muda dari kedua orang
putranya sebagai calon pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut
disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat anaknya masing-masing.
Orchan sebagai prajurit yang potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya
dan telah menunjukkan kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan
Brossa. Sementara Alauddin (kakaknya) lebih potensial dalam bidang agama dan hukum. Meskipun mereka sama-sama
dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran Orchan setelah penobatannya menjadi
raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah
pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada tahun 1338 M.
RAJA-RAJA TURKI USMANI
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan
turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun
demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh
saja, diantaranya:
Sultan Ustman
bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699
H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia
mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja
besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah.
Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja
kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar
Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan
sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang
tunduk kepada Usman.
Sultan Urkhan
bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan
adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak
membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota
kerajaannya.
Pada masa
pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat
Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah.
Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah
pertama kali dipergunakan senjata meriam.
Sultan Murad I
bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti
sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam
negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke
benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota
kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya
terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan
seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena
banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa
mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II
untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan
Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan
oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya
pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia
Monatsir, dan Saloniki.
Sultan Bayazid
I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah
putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya
seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-negri bekas
kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan
Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid,
dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib
ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan
Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara,
Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid
bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun
1403 M.
Kekalahan
Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga
penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari
genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.
Sultan Muhammad
I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan
Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula
berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti
wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk
ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya.
Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah
bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya
yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra Turki
Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan,
memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat
rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada
tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
Sultan Murad II
bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya
Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II.
Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang
dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari
kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia
Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah
bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI
kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan
dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama
Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya
Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir
kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
Sultan Muhammad
Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan
Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh
putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena
dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan
kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai
ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum
pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Seperti halnya
raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi
pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga
alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
Dorongan iman
kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw
untuk menyebarkan ajaran Islam.
Kota
Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
Negrinya sangat
indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula
umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng
besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid.
Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang
didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat
persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala
sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota
Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar
Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel
disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi
umat Islam.
Setelah kota
Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai
ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya
kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh
penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan
Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam
dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan
Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim
I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan
Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim
II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad
III ( 1573-1596 M)
Setelah
pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani
sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan
tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan
itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan
umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa,
seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin
lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan
diri,diantaranya adalah:
1. Rumania
melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris
diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia,
Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur
kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Untuk lebih jelas tentang kekhilafaan dinasti Turki
Utsmani ini, berikut kami akan tampilkan sejumlah nama raja-raja serta tahun
pengangkatannya dalam table dibawah ini:
No.
|
Nama Khilafah
|
Tahun Pengangkatan (Masehi)
|
1
|
Utsman I
|
1281
|
2
|
Orhan
|
1324
|
3
|
Murad I
|
1306
|
4
|
Bayazid I
|
1389
|
Peralihan Kekuasaan
|
1402
|
|
5
|
Muhammad I
|
1413
|
6
|
Murad II
|
1421
|
7
|
Muhammad II
|
1444
|
8
|
Murad II
(menjabat yang kedua kalinya)
|
1446
|
9
|
Muhammad II
(menjabat ketiga kalinya)
|
1451
|
10
|
Bayazid II
|
1481
|
11
|
Saim I
|
1512
|
12
|
Sulaiman I
|
1520
|
13
|
Salim II
|
1566
|
14
|
Murad III
|
1574
|
15
|
Muhammad III
|
1594
|
16
|
Ahmad I
|
1603
|
17
|
Musthofa I
|
1617
|
18
|
Utsman II
|
1618
|
19
|
Musthofa I
(menjabat kedua kalinya)
|
1622
|
20
|
Murad IV
|
1623
|
21
|
Ibrahim
|
1640
|
22
|
Muhammad IV
|
1648
|
23
|
Sulaiman II
|
1678
|
24
|
Ahmad II
|
1691
|
25
|
Musthofa II
|
1695
|
26
|
Ahmad III
|
1703
|
27
|
Mahmud I
|
1730
|
28
|
Utsman III
|
1754
|
29
|
Musthofa III
|
1757
|
30
|
Abdul Hamid I
|
1774
|
31
|
Salim III
|
1789
|
32
|
Musthofa IV
|
1807
|
33
|
Mahmud II
|
1808
|
34
|
Abdul Majid I
|
1839
|
35
|
Abdul Aziz
|
1861
|
36
|
Murad V
|
1876
|
37
|
Abdul Hamid
II
|
1876
|
38
|
Muhammad
Rasyid V
|
1909
|
39
|
Muhammad
Wahid al-Din
|
1918
|
40
|
Abdul Majid
II (hanya bergelar sebagai khalifah saja)
|
1914
|
KEMAJUAN TURKI USMANI
ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh
anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan
pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah benua Eropa
yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan
Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I
(1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negri dan melakukan perluasan ke
benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel
(yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan
seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang
di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di
Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan
Bayazid naik tahta (1389-1403 M),
Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan
Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh
kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi
musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu
dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M
pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan
Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab
kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di
antara putra –putranya (Muhammad, isa dan sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya
ia berhasil menyatukan kembali kekuatan
dan daerahnya dari bangsa
mongol, terlebih setelah Timur
lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh
anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M)
hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan
Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II. Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat
mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal
di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan
Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada
penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan
putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I
(1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan
pergerakan ke arah timur dengan menaklukan
Persia, Syiria hingga menembus Mesir di
Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai
Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena
telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair,
Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia,
Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan
seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu
itu di antaranya :
Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan
pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.[2]
ASPEK ILMU PENGETAHUAN
Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan
perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu
pengetahuan kurang begitu menonjol,
tidak seperti Dinasti islam sebelumnya,
akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan
Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu pengetahuan memdapat cukup
perhatian, sehingga pada masa itu tampak kemajuannya, terbukti dengan
tersebarnya sekolah-sekolah dan
akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun kecil, demikian pula
dengan desa-desa terpencil. Disamping itu semua sekolah-sekolah dan
akademisi-akademisi telah terorganisir, berjenjang dan memiliki kurikulum
serta bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi
kepedulian akan ilmu pengetahuan juga terlihat dari perpustakaan-perpustakaan
yang dibangun di sekitar sekolah dimana pengelolaan perpustakaan tersebut
sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjan.[3]
Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah
lama dari bahasa yunani, latin, Persia dan arab kedalam bahasa turki, salah
satu buku yang diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-orang terkenal)
karya poltark, buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku
karangan abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi, seorang ahli kedokteran yang
berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi tambahan pembahasan
alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi operasi bedah[4].
RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757
M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai
permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit
utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi
mmusuh-musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani menderita kekalahan dalam
penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam pertempuran di Mohakez,
Hungaria dan menandatangani perjanjian karlowits pada tahun 1699 yang berisi
pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada
penguasa Venetia.[5]
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani
perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan
penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin
kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih[6]
Apabila dikategorikan, maka faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki
usmani adalah:
Faktor internal
Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan,
sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
Heterogenitas penduduk dan agama.
Kehidupan istimewa yang bermegahan.
Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian
besar peperangan turki mengalami kekalahan.
Faktor Eksternal
Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada
kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut.
Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang
persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan
senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan
senjata yang lebih maju lagi.
Melihat faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran turki tersebut,
hal ini berawal dari orang-orang arab yang menghadapi orang-orang utsmaniyah,
mereka berada dalam dilema yaitu mereka di sisi lain ingin menghormati turki
sebagai cerminan persatuan kaum muslimin, di sisi lain mereka mempunyai
landasan berfikir ingin memerdekakan diri dari kerajaan turki tersebut.[7]
ANALISIS
Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa, kerajaan turki usmani telah
diakui oleh sejarah sebagai kerajaan islam terbesar dan terlama disbanding
dengan kerajaan islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal penting
sehingga kerajaan ini mampu bertahan sedemikian lamanya. Penulis ingin
menganalisis dari bebagai aspek, yaitu:
Sistem sosial masyarakat, salah satu kunci kesuksesan dan
keberhasilan turki usmani adalah adanya persatuan di antara masyarakatnya yang
begitu banyak, (pada tahun 1520 jumlah penduduk kerajaan turki usmani adalah
11,692,480 peduduk). Persatuan ini oleh pemerintah diwadahi dalam bentuk organisasi
keagamaan bernama millet. Millet adalah kelompok agama yang diperbolehkan
membangun komunitasnya sendiri di bawah peraturan dan perlindungan kerajaan
turki usmani. pluralitas yang diberikan pada rakyatnya mampu memberikan rasa
persatuan bagi rakyat dari berbagai wilayah yang ditaklukannya sehingga, semua
masyarakatnya bersatu. Namun pada akhirnya sistem ini runtuh bersamaan dengan
munnculnya paham nasionalisme yang disebarkan oleh bangsa barat, yang memang
bertujuan menyerang dari dalam masyarakatnya. Sehingga setiap wilayah /
kerajaan kecil yang ditaklukannya mulai memberontak dari dalam atas semangat
nasionalisme mereka, masyarakat kerajaan turki usmani pun kemudian terpecah
belah, setelah sebelumnya bersatu, bahkan kerajaan turki usmani mendapat julukan
“The Sickman Europe” (Orang Eropa yang sakit). Hal ini kemudian ingin
dihilangkan dengan memberikan paham pan-turkisme, paham untuk menyatukan
seluruh masyrakat turki, namun paham ini tidak bisa diterima rakyat, berlanjut
dengan paham pan-islamisme oleh Sultan Abdul Hamid II, paham yang menyerukan
umat islam bersatu secara politik, persatuan ini diwujudkan berupa pengakuan
sultan turki usmani sebagai khalifah umat islam, gagasan ini berhasil mendapat
simpati umat islam untuek beberapa tahun. Namun perlawanan barat tidak berhenti
sampai di situ, kartu As terakhir mereka adalah mengusung paham demokrasi yang
kemudian mengakhiri kerajaan turki usmani dan memunculkan republik turki yang
dipelopori oleh Mustafa kemal attaturk.
Kekuatan militer, berbeda dengan kerajaan-kerajaan islam
sebelumnya, kerajaan turki usmani, mulai dari raja pertamanya Usman hingga raja
terhebatnya Sulaiman Al Qanuni, lebih memfokuskan pada perkembangan militer.
Hal ini dikarenakan bangsa turki terkenal sebaga bangsa yang berdarah militer,
sehingga semangat militernya sangat kuat, untuk itu sebagian besar APBN
kerajaan dipergunakan untuk membiayai prajurit perang daripada untuk keperluan
lain, seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Bahkan untuk memperbanyak
prajurit, raja kedua turki usmani, Orkhan mengangkat Bangsa-bangsa non-Turki
sebagai prajurit, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan
dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata
berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan
Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani
menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar
dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan kerajaan ini
lebih kuat dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, sehingga semakin banyak wilayah
yang ditaklukkan maka semakin banyak pula prajurit-prajurit baru yang dapat
dilatih untuk dijadikan tentara islam. Jadilah kerajaan turki usmani kerajaan
yang hebat dan berwilayah yang luas.
Sistem pemerintahan, saat wilayah semakin luas, tentunya sistem
pemerintahan harus hebat juga, dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan
Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Sulaiman Al Qanuni menerapkan sistem
pemerintahan pembagian wilayah kekuasaan, sehingga dalam struktur pemerintahan,
sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana
menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat
I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati).
Hal ini menjadikan kerajaan turki usmani pada masa sulaiman Al-Qanuni bisa
mengatur wilayah yang sedemikian besarnya.
Ilmu pengetahuan, meskipun kerajaan turki usmani hebat dalam hal
sistem militer dan sistem pemerintahan, namun mereka tidak terlalu
memperhatikan ilmu pengetahuan, yang sebenarnya bisa lebih memperkuat tenaga
militer. APBN Negara sebagian besar dipergunakan untuk membiayai pendidikan
militer bangsa-bangsa non-turki untuk dijadikan prajurit islam yang kuat,
sehingga hanya sedikit yang dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Hal ini merupakan kelemahan tersendiri bagi mereka. Berbeda dengan
kerajaan-kerajaan barat yang lebih memfokuskan perhatian pada ilmu pengetahuan,
sehingga perkembangan ilmu pengetahuannya berkembang pesat, yang kemudian
memperkuat militer dengan senjata-senjata api baru, yang tidak dimiliki oleh
turki usmani. ketika bangsa turki usmani diserang oleh bangsa barat dengan
senjata baru mereka, bangsa turki usmani mulai kekualahan. Sehingga pasca
kehebatan dan wilayahnya yang luas, sedikit demi sedikit kerajaan ini mulai
digerogoti, baik dari luar kerajaan maupun dari dalam kerajaan (pemberontak).
Munculnya kaum elit, bahwa raja-raja setelah sulaiman al qanuni,
kurang bisa mengatur pemerintahannya, bahkan ditambah lagi munculnya kaum elit
kapitalis di wilayah pemerintahan, sehingga individualitas antar pemimpin dan
golongan-golongan elit semakin tumbuh, yang berlanjut dengan penumpukan harta
umtuk kepentingan masing-masing, hal ini dimanfaatkan oleh Negara-negara yang
telah dikuasainya untuk memerdekakan diri, mereka tidak mau lagi dimanfaatkan
tenaganya oleh bangsa turki untuk dijadikan tentara, disamping itu
serangan-serangan barat pada wilayah terluar kerajaan juga semakin memperburuk
suasana pemerintahan, anggaran dana yang seharusnya dipergunakan untuk
memperkuata pertahanan militer Negara sebagian besar dikuasai dan dimonopoli
oleh kaum elit kerajaan, hal ini mengakibatkan semangat berperang prajurit
melemah karena tidak adanya dana untuk peperangan yang memadai, sehingga
perlahan-lahan wilayah kerajaan mulai mengalami penyusutan, hingga pada tahun
1924 kerajaan turki usmani berubah menjadi republik turki.
KESIMPULAN
Kerajaan turki utsmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan.
Pada abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa arab,
bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan
wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani yang memimpin selama kurang lebih
6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari
stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan kemiliteran mereka dari pada
pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah satu hal yang terpenting yang
harus dimiliki leh seorang pemimin, dengan orientasi penalukan konstantinopel,
membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan kerajaan turki utsmani
menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan
wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka.
Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan
turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki
utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan
muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan
diri. Tampaknya pengaruh barat mulai
mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham
yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat menghalangi
mereka.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari tentunya makalah
ini tak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu kesalah tulisan atau kesalahan
materi, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca
dan dosen pengampu senantiasa kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.
Peta Wilayah Kekuasaan Turki Usmani
Komentar
Posting Komentar