dinasti seljuk dan delhi

dinasti seljuk



Dinasti Saljuk dalam Sejarah Peradaban Islam
Dinasti Saljuk dalam Sejarah Peradaban Islam – Dinasti Saljuk merupakan kelompok bangsa Turki yang berasal dari suku Ghuzz.Dinasti Saljuk dinisbatkan kepada nenek moyang mereka yang bernama Saljuk ibn Tuqaq (Dukak).Ia merupakan salah seorang anggota suku Ghuzz yang berada di Klinik,dan akhirnya menjadi kepala suku Ghuzz yang dihormati dan dipatuhi perintahnya[1].
Negeri asal mereka terletak di kawasan utara laut Kaspia dan laut Aral dan mereka memeluk agama Islam pada akhir abad ke 4 H/10M dan lebih kepada mazhab sunni. 
Pada mulanya Saljuk ibn Tuqaq mengabdi kepada Bequ,raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut kaspia.Saljuk diangkat sebagai pemimpin tentara.Pengaruh Saljuk sangat besar sehingga Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam.Raja Bequ bermaksud menyingkirkan Saljuk,namun sebelum rencana itu terlaksana Saljuk mengetahuinya.Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak tetapi bersama dengan para pengikutnya ia berimigrasi ke daerah Jand atau disebut juga daerah muslim di wilayah Transoxiana antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Jihun[2].
Bangsa Turki Saljuk adalah pemeluk Islam yang militan.Masyarakat Turki Saljuk memeluk Islam diperkirakan jauh sebelum mereka memasuki daerah Jand,tetapi kemungkinan besar mereka memeluk agama Islam setelah terjadinya interaksi sosial dengan masyarakat Islam di Jand itu sendiri.Beberapa sarjana berkebangsaan Rusia mengatakan bahwa masyarakat Turki Saljuk memeluk Islam setelah mereka memeluk agama Kristen,dengan melihat nama anak-anak Saljuk yang memiliki kemiripan dengan nama-nama yang ada di dalam kitab Injil,yaitu Mikail,Musa,Israil,dan Yunus.Akan tetapi kemungkinan ini sulit diterima,terutama setelah melihat dan mempelajari tradisi yang ada pada mereka[3].
Perkembangan Dinasti Saljuk dibantu oleh situasi politik di wilayah Transoksania.Pada saat itu terjadi persaingan politik antara dinasti Samaniyah dengan dinasti Khaniyyah,dalam persaingan ini Saljuk cenderung untuk membantu dinasti Samaniyah[4].Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh dinasti Ghaznawiyah,Saljuk menyatakan memerdekakan diri.Ia berhasil mengusai wilayah yang tadi dikusai oleh Samaniyyah[5].Setelah Saljuk bin Tuqaq meninggal,kepemimpinan bani Saljuk dipimpin oleh Israil ibn Saljuk yang juga dikenal dengan nama Arslan.Setelah itu diteruskan oleh Mikail,sedangkan ketika itu dinasti Ghaznawiyah dipimpin oleh Sultan Mahmud.Kareana kelicikan penguasa Ghaznawiyah,kedua pemimpin dinasti Saljuk ini ditangkap dan dibunuh sehingga mengakibatkan lemahnya kekuasaan Saljuk. 
Pada periode berikutnya Saljuk dipimpin oleh Thugrul Bek.Ia berhasil mengalahkan Mahmud al-Ghaznawi,penguasa Ghaznawiyah pada tahun 429 H / 1036 M dan memaksanya meninggalkan daerah Khurasan,setelah keberhasilan tersebut,Thugrul memproklamirkan berdirinya dinasti Saljuk.Pada tahun 432 H/1040 M dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad.Disaat kepemimpinan Thugrul Bek inilah,pada tahun 1055 M dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan dinasti Buwaihi.[6]Sebelumnya Thugrul berhasil merebut daerah Marwa dan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawi, Balkh, Jurjan, Tabaristan,Khawarizm,Ray dan Isfahan[7].Pada tahun ini juga Thugrul Bek mendapat gelar dari khalifah Abbasiyah dengan Rukh al-Daulah Yamin Amir al-Muminin.Meskipun Bagdad dapat dikuasai,namun tidak dijadikan pusat pemerintahan.Thugrul Bek memilih kota Naisabur dan kemudian kota Ray sebagai pusat pemerintahan.Dinasti-dinasti ini sebelumnya memisahkan diri,setelah ditaklukkan dinasti Saljuk kembali mengakui kedudukan Bagdad.Bahkan mereka menjalin keutuhan dan keamanan Abbasiyah.
Setelah pemerintahan Thugrul Bek (455 H),Daulah Saljuk berturut-turut diperintah oleh [8]:
  1. Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M)
  2. Maliksyah (465-485 H/1072-1092 M)
  3. Mahmud al-Ghazy (485-487 H/1092-1094 M)
  4. Barkiyaruq (487-498 H/1094-1103 M)
  5. Maliksyah II (498 H)
  6. Abu Syuja’ Muhammad (498-511 H/1103-1117 M)
  7. Abu Harits Sanjar (511-522 H/1117-1128 M)
Dinasti Saljuk dalam Sejarah Peradaban Islam – Pemerintahan Saljuk ini dikenal dengan nama al-Salajiqah al-Kubra (Saljuk Raya).Pada masa pemerintahan Alp Arselan,ia mencoba melakukan konsolidasi dan ekspansi wilayah kekuatan politik Saljuk.Ia menjadikan kota Ray sebagai ibu kota kesultanan Saljuk,sebagaimana pada masa pemerintahan Thugrul Bek.[9]Alp-Arselan melakukan ekspedisi militer sampai ke pusat kebudayaan Romawi di Asia Kecil,yaitu Bizantium.Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah apa yang dikenal dengan peristiwa Manzikart (1071 M).Tentara Alp-Arselan berhasil mengalahkan tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi,Ghuz,al-Akhraj,al-Hajar,Perancis dan Armenia.Dengan dikuasainya ini maka kekuasaannya telah meluas sampai ke Asia Kecil.[10]Di samping itu Alp-Arselan juga berjaya melawan kerajaan Fathimiyah hingga ke Damsyik.[11]Maka dipandanglah Dinasti Saljuk sebagai dinasti pertama yang memperoleh kekuasaan permanen kekaisaran Romawi.Dengan kemenangan itu Ramailus Diogenus (pemimpin pasukan Byzantium) selama 50 tahun harus membayar jizyah kepada kesultanan Saljuk. 
Setelah Alp Arselan meninggal kemudian tampuk kekuasaan dipegang oleh Maliksyah,ia dibantu oleh wazir Nizam al-Mulk yang sudah berhubungan dengan ayahnya ketika dia masih menjabat sebagai Gubernur Khurasan dan juga pemprakarsa berdirinya Madrasah Nizamiyah (1065 H).Pada awalnya ia menjadikan Naisabur sebagai ibukota Saljuk,tetapi kemudian memindahkannya ke Ray,ibukota yang lama.Setelah ia naik tahta,ia melakukan tiga hal: pertama,melakukan sentralisasi kekuasaan politik,kedua,menjaga wilayah yang diwariskan oleh ayah dan kakeknya,dan ketiga,memperluas wilayah politik kesultanan Saljuk ke hampir seluruh wilayah Islam. 
Pada masa Maliksyah wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk ini sangat luas,membentang dari Kashgor sebuah daerah di ujung daerah Turki sampai ke Yerussalem.Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian.[12]Yaitu :
  1. Saljuk Besar,yang menguasai Khurasan,Ray,Jabal,Irak,Persia dan Ahwaz.Ia merupakan induk dari yang lain.
  2. Saljuk Kirman,berada di bawah kekuasaan keluarga Qowurt Bek ibn Dawud ibn Mikail,ibn Saljuk.
  3. Saljuk Irak dan Kurdistan,Pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud.
  4. Saljuk Siria,diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud ibn Mikail ibn Saljuk.
  5. Saljuk Rum,diperintah oleh keluarga Quthlumish ibn Israil ibn Saljuk.
Di samping membagi wilayah menjadi lima bagian,yang dipimpin oleh gubernur yang bergelar Syaikh,penguasa Saljuk juga mengembalikan jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani Buwaih.Jabatan ini membawahi beberapa departemen.Keberhasilan Bani Saljuq dalam mempertahankan kekuasaannya,tak lepas dari para wazir (menteri) yang senantiasa loyal dan patuh terhadap sultan serta kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan.Diantara mereka yang telah berjasa dalam membangun dan mempertahankan dinasti Bani saljuq adalah:
  1. Abu Nasr Muhammad bin Manshur al-Kundari,wazir pada masa Sultan Tughrul Bek dan Alp Arselan.
  2. Tajuddin Abu al-Ghanayim,wazir pada masa Sultan Sanjar.
  3. Ali bin al-Hasan al-Tughra,wazir pada masa Sultan Sanjar.
  4. Sa’ad bin Ali bin Isa,wazir pada masa Sultan Mahmud.
  5. Al-Ustadz al-Tughra’i,wazir pada masa Sultan Mas’ud bin Muhammad
    di Irak.
  6. Nizam al-Mulk,wazir pada masa Sultan Malik Syah
Setelah Maliksyah dan juga Nizam al-Mulk wafat,pemerintahan Saljuk mengalami kemunduran.Dinasti Saljuk dilanda konflik internal,perebutan kekuasaan di antara anggota keluarga timbul.Dan akhirnya wilayah kekuasaan dibagi-bagi menjadi kesultanan-kesultanan.[13]Setiap propinsi berusaha melepaskan diri dari pusat.Konflik-konflik dan peperangan antar anggota keluarga melemahkan pemerintahan Saljuk.Kelemahan Saljuk diperparah dengan adanya gerakan Dinasti Khawarizm yang berusaha merebut Daulat Abasiah dari tangan Saljuk.[14]

Perkembangan Pengetahuan Pada Masa Dinasti Saljuk

Ilmu pengetahuan mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Maliksyah bersama perdana menterinya Nizam al-Mulk.Nizam al-Mulk inilah yang memprakarsai berdirinya Madrasah (Universitas) Nizamiyah (1065 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad.Nizam al-Mulk ini adalah seorang yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu,seperti ilmu agama,pemerintahan dan ilmu pasti. 
Pada masa Maliksyah inilah lahir ilmuan-ilmuan muslim seperti Abu Hamid al-Ghazali dalam bidang theology, Farid al-Din al-Aththar dan Umar Kayam dalam bidang sastra dan matematika.[15]
1.Pendirian Madrasah Nizamiyah
Madrasah Nizamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun 457-459 H/1065-1067 M (abad VI) oleh  Nizam al-Mulk dari dinasti Saljuk.Nizam al-Mulk adalah pelopor berdirinya Madrasah Nizamiyah dan juga madrasah-madrasah yang lain di bawah kekuasaan Dinasti Saljuk.Madrasah Nizamiyah di Baghdad merupakan madrasah yang pertama kali didirikan oleh Nizam al-Mulk pada bulan Dzulhijjah tahun 457 H yang diarsiteki oleh Abu Said al-Shafi.[16] 
      Madrasah Nizamiyah di Bagdad adalah madrasah yang paling terpenting dan terkenal di antara madrasah-madrasah lainnya (selain madrasah di Balkh,Naisabur,Jarat,Ashfahan, Basrah,Marw,Mausul,dan lain-lainnya). Madrasah-madrasah itu dapat di samakan dengan fakultas-fakultas atau perguruan tinggi masa sekarang,mengingat gurunya adalah ulama besar yang termashur.[17]Madrasah Nizamiyyah didirikan dengan tujuan :Pertama, menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi pemikiran Syiah. Kedua, menyediakan guru-guru Sunni yang cukup untuk mengajarkan mazhab Sunni dan menyebarkan ke tempat-tempat lain. Ketiga, Membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintah,memimpin kantornya,khususnya di bidang peradilan dan manajemennya. 
Madrasah Nizamiyah merupakan lembaga pendidikan resmi dan pemerintah terlibat dalam menetapkan tujuan-tujuannya,menggariskan kurikulum, memilih guru,dan memberikan dana yang teratur kepada madrasah[18].Motif didirikannya madrasah ini karena dua hal,pertama motif politik.Dengan adanya madrasah ini,dinasti Saljuq bisa mengontrol semua daerah dengan mudah,karena sistem yang dipakai Nizhamiyyah adalah sentralistik dari pusat ke daerah atau dari atas ke bawah.Motif kedua adalah agama (ideologi).Bahwa Dinasti Buwaihi yang menganut Syi’ah serta sisa-sisa aliran Mu’tazilah telah ada sebelum Bani saljuq berdiri,pendirian madrasah Nizhamiyyah juga karena motif untuk menyebarkan aliran Sunni dan juga untuk melawan Syi’ah. 
Madrasah Nizamiyah yang didirikan oleh Nizam al-Mulk di Bagdad dan madrasah-madrasah lainnya  dibawah kekuasaan bani Saljuk sudah mempunyai sistem manajemen yang  cukup baik.Dengan sistem sentralistik,semua kurikulum,metode pembelajaran,sistem belajar,pengangkatan guru dan semua keperluan madrasah diatur oleh Pusat.Para pelajar Madrasah Nizhamiyyah diberikan berbagai fasilitas dan kemudahan,terlebih bagi mereka yang berprestasi.Aliran beasiswa sangat besar dari pemerintah siap menjamin kesejahteraannya.Diantara fasilitas yang disediakan di Nizhamiyyah adalah perpustakaan yang menyediakan buku sebanyak 6000 judul Para guru (Syekh)pun mendapat perhatian khusus.Di Madrasah Nizamiyah ini muncul sejumlah ulama besar,di antaranya :[19]Imam al-Haramain al-Juwaini,Imam al-Ghazali,Imam Fakhr al-razi (ahli tafsir),Zamakhsyari,dan juga Imam al-Qusyairi.Dalam bidang ilmu eksaskta,muncul sejumlah ulama.Di antara mereka adalah Umar ibn Khayam (ahli astronomi dan ilmu pasti),Ali Yahya al-Haslah (ahli ilmu kedokteran),Abu Hasan al-Mukhtar (ahli ilmu kedokteran),Muhammad Ali al-Samarqandi (ahli ilmu kedokteran).
2.Pengaruh Madrasah Nizamiyah       
Madrasah Nizamiyah telah banyak memberikan pengaruh terhadap masyarakat,baik bidang politik,ekonomi maupun bidang sosial keagamaan.Nizam al-Mulk sebagai pejabat pemerintah memiliki andil besar dalam pendirian dan penyebaran madrasah,kedudukan dan kepentingannya dalam pemerintah merupakan sesuatu yang sangat menentukan.Dalam batas ini madrasah merupakan kebijakan religio-politik penguasa.Dalam bidang ekonomi madrasah Nizhamiyah memang dimaksudkan untuk mempersiapkan pegawai pemerintah,khususnya dilapangan hukum dan adminstrasi di samping lembaga untuk mengajarkan syari’ah dalam rangka mengembangkan ajaran sunni.Madrasah Nizamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan lingkungan dan keyakinannya dilihat dari segi sosial keagamaan,hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
  1. Ajaran yang diberikan di Madrasah Nizamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan ajaran yang dianut oleh sebagian besar masyarakat pada saat itu.
  2. Madarasah Nizamiyah diajar oleh ulama yang terkemuka.
  3. Madrasah ini memfokuskan pada ajaran fiqh yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat umumnya dalam rangka hidup dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran dan kehidupan mereka. 
Jatuhnya Bagdad
Kehancuran Daulah Abbasiyah sudah terlihat pada masa-masa awal.Ada beberapa faktor yang melatar belakangi kehancuran Daulah Abbasiyah yaitu faktor internal seperti perebutan kekuasaan,munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri,kemerosotan dalam bidang ekonomi serta munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme keagamaan.Di samping faktor internal tersebut,faktor eksternal juga tidak kalah penting dalam mewujudkan kehancuran Daulah Abbasiyah seperti perang salib dan serangan dari tentara Mongol yang meluluhlantakkan Baghdad. 
Sebagai awal penghancuran Baghdad dan Khilafah Islam,orang-orang Mongolia menguasai negeri-negeri Asia Tengah Khurasan dan Persia dan juga menguasai Asia kecil.Pada bulan September 1257 M,Hulaku mengirimkan ultimatum kepada khalifah agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan.Tetapi khalifah tetap enggan memberikan jawaban.Maka pada Januari 1258 M,pasukan Hulaku bergerak untuk menghancurkan tembok ibukota.Sementara itu Khalifah al-Mu’tashim langsung menyerah dan berangkat ke base camp pasukan mongolia.Setelah itu para pemimpin dan fuqaha juga keluar, sepuluh hari kemudian mereka semua dibunuh.Hulaku mengizinkan pasukannya untuk melakukan apa saja di Bagdad.Mereka menghancurkan kota,dan membakarnya.Pembunuhan berlangsung selama 40 hari dengan jumlah korban sekitar dua juta orang. 
Perlu juga disebutkan disini peran busuk yang dimainkan oleh seorang Syi’i Rafidhah yaitu Ibn al-Qami,menteri al-Mu’tashim,yang bekerjasama dengan orang-orang Mongolia dan membantu pekerjaan-pekerjaan mereka.[20]Dia merupakan orang kepercayaan khalifah,tapi sayang kepercayaan itu disalahgunakan.Dia berniat ingin menggusur Abbasiah dari pentas kekuasaan dan mendirikan negara Syiah.Niat ini timbul karena adanya konflik fanatisme bermazhab antara kaum sunni kota Bashrah dengan penduduk Kurkhi yang menganut Syiah Rofidhah.
 Atas peristiwa ini khalifah dan seluruh umat Islam harus menderita dan tercabik-cabik harga dirinya.Petaka ini adalah awal kemunduran peradaban umat Islam setelah mengalami masa keemasan berabad-abad.Pada hari itu dengan segala keganasan pasukan Tatar yang jumlahnya berlipat-lipat dibandingkan pasukan muslim tak tertahankan lagi menerobos kota Bagdad.Ratusan ribu jiwa,laki-laki,perempuan,anak-anak,orang tua habis dibunuh.Atas perintah Hulaku,ratusan ribu manuskrip buku karya ulama Islam yang tersimpan rapi di rak perpustakaan-perpustakaan dibuang ke sungai Dajlah.Manuskrip-manuskrip yang merupakan akumulasi peradaban Islam-Arab terdahulu hilang tanpa ampun.Kelompok keilmuan,universitas,masjid-masjid tak ada lagi,hilang ditelan bumi.Bagdad pun menjadi kota mati. 
Dengan jatuhnya Baghdad ke tangan tentara Mongol maka kondisi tersebut dianggap sebagai akhir kekuasaan Daulah Abbasiyah.

Kesultanan Delhi (1206-1526)



Sudah menjadi tradisi para pedagang Arab Islam mengarungi lautan antara Arab hingga Cina, melewati pantai-pantai India, dan singgah di Gujarat. Di sini para pedagang tersebut melakukan perdagangan yang di kenal sebagi jalan sutra. Dari sinilah maka dapat di jelaskan awal dari masuknya bangsa Islam tersebut, dan akhirnya dapat mendiami sebagian wilayah India seperti Lembah sungai Indus, Pujab dll. Dari sanalah kemudian mereka dapat mengkontrol daerah-daerah India lainya. Masa kesultanan Delhi di mulai pada tahun 1206, di mana pada waktu itu wilayah Punjab sebagai kawasan  Delhi di India. Era tersebut juga di sebut sebagai amasa Turko-Afgan atau masa Indo-Patan. Di sebut Turko-Afgan hal itu di karenakan pemerintahan Islam di India di pimpin langsung oleh orang-orang Turki maupun keturunan Afganistan. Untuk keturunan Turki, mereka memerintah Wangsa-wangsa budak, Khalii, Tugluk sedangkan dari keturunan Afganistan sendiri memerintah Wangsa-wangsa Syaid dari Lodi. Mereka di sebut pula dengan nama Indo-Patan, karena mereka berasal dari wilayah India barat.
Kelahiran kesultanan Delhi di mulai bermula dari pecahnya kerajaan Islam dari Wangsa Guri sepeninggal sultan Muhammad Guri pada tahun 1206 menjadi dua kesultanan yang lebih kecil. Sebagai salah seorang bekas jenderal Muhammad Guri, Tajudin Ildis ber Tajudin Jildis ingin mengontrol wilayah kekuasaanya dari Kabul, sementara Qutbudin sendiri merasa berhak pula atas bekas wilayah kekuasaan Muhammad Guri dan menjalankan kekuasaanya dari delhi. Kedua penguasa itupun tidak sepaham dalam memandang wilayah Punjab, Tajudin menganggap bahwa secar historis daerah Punajb sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuasaan Afganistan di bawah Muhammad Guri, tetapi Qutbudin beranggapan bahwa secar geografis wilayah Punjab berada satu kawasan dengan wilayah kekuasaanya, yaitu Delhi. Sebagai konsekuensinya maka Kabul pun di serang untuk memaksakan pendapatnya.
Menghadapi serangan tersebut, maka Tajudin Jildis menyingkir dari Kabul. Namun rakyat Kabul sendiri tidak mau begitu saj menyerah dan tunduk kepada Qutbudin. Terutama karena tingkah laku tentara Qutbudin yang sering merampas harta rakyat Kabul. Karena tidak mendapat sambutan yang hangat dari rakyat Kabul, maka Qutbudin akhirnya kembali ke Delhi. Demikian juga dengan Tajudin yang kembali ke Kabul secara damai untuk mengendalikan pemerintahanya kembali dan terpisah dari kekuasaan Delhi.sementara ituwilayah Punjab tetap menjadi kawasan kesultanan Delhi di India. Sejak itu mulailah masa kesultanan Delhi yang berlangsung selama 320 tahun, dari 1206 hingga 1526 (Su`ud, 2006:159).
Keadaan politik Delhi yang selalu berubah dari waktu ke waktu khususnya dalam hal Wangsa yang berkuasa menjadikan Delhi bisa di bagi menjadi 3 kekuasaan , antara lain dapat saya jelaskan di bawah ini:
1. Kekuasaan Wangsa Budak (1206-1320 M)
Yang di maksud sebagai lambang dari kekuasaan baru adalah awal dari masuknya pengaruh ke Kerajaan Delhi, yaitu di kawasan Punjab sebagai kawasan kesultanan Delhi. Salah satu arsitektur yang sangat mengesankan di kawasan Asia selatan, yang merupakan bukti kejayaan zaman Islam, adalah menara belimbing yang lebih di kenal dengan nama Quth Minar atau menara qutb, yang didirikan di Delhi, India sebelah utara.
Ada tiga versi dalam latar belakang penamaan menara Qutb tersebut, meskipun selalu di kaitkan dengan nama Qutbudin. Qutbudin sendiri merupakan pendiri dari dinasti para Budak yang sekaligus sebagai sultan pertama dari dinasti Budak, dia memimpin Wangsa Budak setelah membunuh Muhammad Guri di Lahore. lebih-lebih lagi namanya juga di ukir dalam menara tersebut karena andilnya yang besar dalam berdirinya dinasti Budak. Ternyata kemudian menara yang monumental tersebut di dirikan oleh pengganti qutbudin, yaitu sultan Altamis. Menara itu di dirikan untuk menghormati pelindung sultan, yaitu Sultan Qutbudin sendiri. Bangunan itu di buat oleh arsitek bangsa Irak bernama Kwaja Qutbudin. Yang jelas bangunan monumental itu tidak dapat di pisahkan oleh kejayaan wangsa Budak pada waktu itudan yang mengawali kekuasaan Islam di Asia selatan.
a. Qutbudin Aibak : pendiri Wangsa Budak (1206-1210)
Adanya dua penguasa yang pada saat itu menduduki India  yaitu Turki dan afganistan, di mana Qutbudin Aibak sebagai Sultan dari Wnagsa budak dsan Tajudin Jildis mantan jenderal Muhammad Guri berebut kekuasaan. Tajudin Jildis ingin mengontrol wilayah kekuasaanya dari Kabul, sementara Qutbudin sendiri merasa berhak pula atas bekas wilayah kekuasaan Muhammad Guri dan menjalankan kekuasaanya dari delhi. Kedua penguasa itupun tidak sepaham dalam memandang wilayah Punjab, Tajudin menganggap bahwa secar historis daerah Punajb sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuasaan Afganistan di bawah Muhammad Guri, tetapi Qutbudin beranggapan bahwa secar geografis wilayah Punjab berada satu kawasan dengan wilayah kekuasaanya, yaitu Delhi. Sebagai konsekuensinya maka Kabul pun di serang untuk memaksakan pendapatnya.
Menghadapi serangan tersebut, maka Tajudin Jildis menyingkir dari Kabul. Namun rakyat Kabul sendiri tidak mau begitu saj menyerah dan tunduk kepada Qutbudin. Terutama karena tingkah laku tentara Qutbudin yang sering merampas harta rakyat Kabul. Karena tidak mendapat sambutan yang hangat dari rakyat Kabul, maka Qutbudin akhirnya kembali ke Delhi. Demikian juga dengan Tajudin yang kembali ke Kabul secara damai untuk mengendalikan pemerintahanya kembali dan terpisah dari kekuasaan Delhi.sementara itu wilayah Punjab tetap menjadi kawasan kesultanan Delhi di India.
Dalam masa pemerintahan Qutbudin di Delhi, yang berlangsung selama empat tahun (1206-1210), telah di musnahkan 25 candi Hindu, yang pada gantinya telah di bangun sebuah masjid yang indah di kota Delhi dengan nama Kwatul Islam.pada tahun 1210 Qutbudin mengalami kecelakaan ketika menunggang kuda ponny kesayanganya dalam suatu permainan Chaugan atau polo. Beliau jatuh dari kuda kesayanganya itu yang membawanya ke ajal dan kemudian beliau di makamkan di Lahore. Sebelum wafat sultan telah menunjuk Aram syah sebagai pengganti, yang tidak mempunyai hubungan darah yang jelas dengan Qutbudin. Namun para bangsawan Delhi tidak mendukung rencana pengangkatan tersebut, hal itu di karenakan karena mereka tidak menyetujui sikap Turki dalam pengangkatan sultan, yang berdasarkan pada azas keturunan melainkan dengan pertimbangan kecakapan dan keahlian.sebagai reaksi atas pengangkatan tersebut, maka para bangsawan delhi mengangkat seorang Gubernur daerah Badaun bernama Altamis, yang di kenal juga dengan nama Syamsudin IItutmis, yang mana dia adalah bekas seorang Budak Turki, menjadi sultan di Delhi.
b. Altamis melakukan Konsolidasi (1211-1236)
Cara yang di lakukan Altamis dalam menjalankan kekuasaan yang utuh dan atas nama dirinya seorang yaitu dengan cara mengalahkan pesaingnya yaitu Tajudin Jildis dan Nasiruddin Qubakha. Rencana itu pun berhasil, Tajudin dengan mudah dapat di kalahkan dan di usir ke Badaun sementara Nasiruddin dapat di usir dari Lahore. Tindakan berikutnya adalah dengan melakukan hubungan dengan penguasa di Baghdad., Khalifah Al Mustansir Billah, yang bersedia memberikan sokongan moril meskipun tidak mempunyai makna politis besar.
Dalam masa pemerintahanya dating serangan dari bangsa Monggol di bawah pimpinan Jenghis Kahn. Meskipun serangan itu hanya sampai di tepi sungai Indus, namun membuat Altamis selalu was-was bakal datangnya serangan Monggol berikutnya. Cara-cara yang di lakukan Altamis untuk mengkonsolidasikan daerah kekuasaanya juga berhasil menekan gerakan oposisi di Benggala yang telah melakukan pemberontakan selama nasa antara 1225 hingga 1229. Tindakan militer Rajiput di kurangi, setelah berhasil merebut kembali Gwalior pada 1231 dan Ujjain pada 1235. Sampai saat kematianya pada beberapa tahun kemudian, kekuasaan Delhi merupakan negeri paling berkuasa di India Utara. Kejayaan Kesultanan Delhi tersebut dapat di pertahankan hingga penguasa terakhir Wangsa Budak, Sultan Balban (1266-1297).
4. Sultana Razisa, sang ratu (1236-1240)
Sepeninggal altamis, kesultanan di pimpin oleh Sultana Razisa, seorang Ratu. Ratu Sultana sendiri adalah putri dari Altamis yang telah mempunyai pengalaman selama enam tahun mengelola pemerintahan selama pemerintahan Altamis. Ratu Sultana mempunyai kepribadian yang cerdas, menarik dan berpenampilan meyakinkan. Dalam bahasa India dia tercatat sebagai satu-satunya penguasa Islam dari golongan wanita, pada mulanya para bagnsawan Turki dan tentaranya tidak setuju oleh pengangkatan tersebut karena mereka tidak suka di perintah oleh wanita, sehingga akibatnya adalah sering terjadi di antara keluarga istana akhirnya mereka mengangkat Rakmuddin Ferruz sebagai sultan. Dia merupakan anak sulung Altamis yang menjadi Gubernur Badaun. Ternyata Ferruz sendiri ternya gagal memenuhi harapan dari bangsawan dan kepemimpinan kembali di berikan oleh sang ratu, yang terutama di lakukan oleh bangsawan Delhi.
Namun nasib malang menimpanya, dia di fitnah dengan tujuan telah mengadakan hubungan gelap dengan seorang budak belian bernama Ikhtiyaruddin Altuniya dari daerah  Sarhind segera mempunyai alasan untuk memulai menyingkirkan Ratu Raziya. Dalam menghadapi para pemberontak itu, Sulatana Raziya akhirnya menemui ajal, setelah memerintah selama masa yang pendek, yaitu hanya tiga setengah tahun. Kematian Sultana terjadi di saat pelarian ke hutan ubtuk menghindari kejaran pasukan-pasukan pemberontak pada tahun 1240. Sebelum nantinya Balban menerima tumpuk kekuasaan delhi, sudah ada dua nama yang menggantikan Sultana yaitu Mu`izuddin Bahram dan Nasiruddin Mahmud.
5. Syamsudin Balban, Sultan Terakhir Wangsa Budak (1246-1297)
Sebelum menduduki jabatan sultan, Balban telah sejak 1246 pelaksana kekuasaan raja boneka Bahram, yang menjadi Sultan hingga tahun 1266. Ternyata gubernur keturunan Turki tidak menyenangi pemerintahanya, sehingga dia mempunyai tugas berat dalam mengkonsolidasikan pemerintahanya. Dalam melakukan upaya tersebut, Balban melakukan kombinasi teknik diplomasi dengan perketatan dalam menjalankan pemerintahan, sampai dia berhasil menekan para Gubernurnya maupun keturunan para bangsawan dari Monggol.
Balban yang merupakan bekas dari budak pada waktu Altamis berkuasa, merasa was-was akan teman budaknya untuk merebut kekuasaan dari dirinya, dengan melaksanakan cara-cara poilsi rahasia, yang di beri kekuasaan untuk mengawasi gerak-gerik para pembantunya dalam usahanya untuk menerapkan ajaran kenegaraan klasik dari Kaultilyarthasastra karya pujangga Canakya dari Indi di masa kejayaan Budha. Tampaknya keberadaan kesultanan Delhi amat tergantung dengan kepemimpinan kuat seperti Balban, buktinya setelah Balban tewas pada 1297, kesultanan Delhi menunujukkan kemunduran , lebih-lebih karena adanya intrig istana yang tidak kunjung reda, Sultan Kaiqubad sebagai penggantinya gagal menjalankan pemerinyahan dan akhirnya hanya bertahan tidak lebih tiga tahun saja.
2.      Masa kekuasaan Wangsa Khalji (1297-1321 M)
a.      Jalalluddin Ferus: Cikal Bakal Wangsa Khalji
Jalaluddin Ferus Khalji mengangkat dirinya sebagai sultan pada 1290 untuk menentang keberadaan wangsa Budak. Jawaluddin Ferus sendiri bukan keturunan dari Turki, melainkan keturunan Afganistan yang menetap di India setelah invasi Wangsa Gazna dn Guri. Umur dia sekitar 70 tahunan ketika dia menduduki jabatan sultan sehingga hanya sempat memimpin kesultanan Delhi delama enam tahun. Oleh Karen para bangsawan Turki tidak mendukungnya Karena di bersal dari keturunan afganistan, maka dia memindahkan pusat pemerinyahan dari Delhi ke Kolokhri, meskipun tidak berapa lama berselang kekuasaanya di pindahkan kembali ke Delhi.
Sebagai sultan di tidak mempunyai peran yang besar dalam berlangsungnya kekuasaanya, terutama dalam melakukan proses peralihan antar wangsa yang berkuasa. Sultan tua ini banyak menggunakan waktunya untuk beribadah dari pada memikirkan pemerinyahan. Selanjutnya peranan nyata di jalankan oleh kemenakanya yang bernama Alauddin Khalji yang berhasil merebut tahta kesultanan pada 1296b dari pamanya tersebut. Dia merupakan pendiri wangsa khalji, dengan membunuh sultan Jawaluddin.
b.      Imperialisme Kesultanan Delhi di bawah Wangsa Khalji
Beberapa tahun setelah menduduki tahta kesultanan, Alauddin berhasil menyerang Dekkan di kawasan India tengah dan menjarah ibu negerinya yaitu Devagiri. Yang merupakan negeri kaum Yadu atau Yadara. Sejak saat itu wilayah tersebut berada di bawah control Islam. Kerajaan Hindu di India selatan masih tetap bebas dari pengaruh Islam, meskipun tidak mampu tampil sebagai penguasav besar yang mampu mempersatukan negeri di Asia selatan. Sebelum itu kerajaan Chola, misalnya tetap tampil dalam sejarah dan menguasai jalur perdagangan pantai timur, di bawah Rajendra I (1064-1044). Mereka bahkan perbah menanamkan pengaruh ke negeri-negeri Chalukya di barat, Maladewa selatan, bahkan di Sriwijaya.
Hal tersebut merupakan gejala baru, karena selama masa keturunan Turki yang berkuasa Kesultanan Delhi hanya memusatkan kekuasaan di India utara. Sedangkan ambisi dari Alauiddin Khalji sendiri adalah menyatukan seluruh wilayah India, Utara, Tengah, dan Selatan ke dalam control kekuaanya. Adapun langkah-langkah yang di lakukanya adalah dengan langkah Imperialis. Belasan ribu Muslim baru keturunan Monggol di musnahkan dalam satu hari, karena mereke melakukan komplotan untuk melawan sultan. Ambisinya itu di lanjutkan dengan niat menciptakan agama dan keyakinan baru untuk menggantikan islam sebagai keyakinan hidup. Memang akhirnya ambisi tersebut berhenti, namun ambisinya agar di kenal sebagai penakluk agung tetap di teruskan. Dia memimpikan untuk menguasai Parsi, Mesopotamia, Arab maupun Mesir seperti di lakukan Iskandar Agung dari Makidonia.
Serangan ke selatan di lakukan di bawah komando Malik Kafur, bekas budak yang di jadikan Jenderal pasukanya. Di duga hubungan anatar sultan dengan Malik Kafur di ikat dengan tali homoseksual di antara keduanya. Kekejaman Alauddin dalam melaksanakan ambisinya dibuktikan pula dengan melakukan pembunuhan di antara keluarga istana yang di anggap merintangi ambisinya. Namun senuah ironi telah kembali terjadi, yaitu di saat Alauddin sakit dan kekuasaan berada di tangan Malik kafur sebagai panglima perang ataupun Perdana menteri, sultan itu di gulingkan oleh Malik Kafur , segera menyusul putera-putera sultan yang tidak di sukai di bunuh dengan kejam atau di cukil matanya. Sebagai gantinya, dan mengangkat putera sultan yang masih kecil, Shihabuddin Umar, yang masih berusia enam tahun, menjadi sultan boneka dengan kekuasaan penuh tetap pada Kafur. Namun sebuah tragedi segera menyusul terjadi di mana Kafur tewas di tangan seorang pendukung bekas panutanya Alauddin.
Segera setelah itu para bangsawan mengangkat Mubarak, kaka Shihabuddin, menjadi wali sultan. Segera setelah pengangkatanya itu dia melakukan pengangkatan Khusro Khan sebagai perdana menteri. Sultan baru ini di kenal sombong, dan gemarb hidup bergemilangan harta. Kembali rangkaian perebutan kekuasaan dalam kesultanan Delhi berlanjut. Kushro Khan membunuh sultan, dan mengangkat dirinya sebagai penguasa tunggal. Dan untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang Hindu, dia menhamburkan uang. Tapi yang di harapkan tak kunjung dating, bahkan satu tahun kedepan, pada tahun 1320  nyawanya melayang oleh komplotan yang di pimpin sultan Malik, yang sedang menduduki kursi gubernur Bidalpur. Inilah awal dari munculnya Wangsa Tughluk sebagai penguasa baru dalam panggung sultan di Asia selatan.
c.       Tahta jatuh ke tangan Wangsa Tughluk (1321-1413)
Sebagai pendiri dari wangsa baru yang berkuasa di kesultanan Delhi, Gazi malik tergolong pribumi. Dia lahir dari hasil perkawinan seorang pendatang dari keturunan Turkipada masa Balban, dengan seorang wanita Hindu. Dengan cepat dia menduduki posisi-posisi penting dalam struktur kesultanan Delhi. Dan selama masa pemerintahanya yang pendek yaitu lima tahun, dia telah melakukan berbagai perbaikan di bidang administrasi dan keuangan Negara. Prestasi menonjol yang pernah di lakukan dalam masa pemerintahanya yaitu dengan berhasilnya mempertahankan Delhi dari serangan bangsa Monggol, yang nampaknya hamper selalu muncul setiap kali terjadi pergantian kepemimpinan di Delhi.
Pada tahun 1325 Giyasudin bersama puteranya terbunuh oleh sebuah komplotan politik yang hendak menyingkirkanya dari kepemimpinan di Delhi. Puteranya yang lain , Muhammad Tughluk adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian sultan tersebut. Karena dia sendiri yang membunuh ayahnya tersebut. Sejarah mencatat bahwa sultan baru ini mempunyai kepribadian yang controversial. Kelemahan lain dari Muhammad Tughluk adalah karena dia terlalu teoritis, gagasan-gagasanya banyak yang sulit di terapkan. Adapu kebijakan dai Muhammad Tughluk yang di anggap teoritis adalah yang pertama dia memindahkan Ibu kota sebagai pusat pemerintahan di Daulatabad, yaitu nama baru bagi Devagiri, bekas Ibu negeri kerajaan Hindu Dekkan. Kedua pemerintahan membuat logam baru dari tembaga, meniru yang di laksanakan di negeri Persia dan Cina. Namun karena tidak di sertai larangan untuk mencetak uang bagi masyarakat, jumlah uang tidak dapat di control lagi. Dalam pada itu, lemahnya kontrol atas daerah. Dan timbulnay ketidakpuasan di kalangan pejabat daerah, timbulnya usaha-usaha pemisahan diri. Pada tahun 1336 misalnya, Benggala dan Oudh melepaskan diri di susul kemudian berdirinya Vijayanagar sebagai kerajaan Hindu baru yang meliputi seluruh India selatan oleh V.N. Harihara I (1336-1357).
3.      Masa Keruntuhan Kerajaan Delhi
Pada tahun 1306, sebelum serbuan besar-besaran bangsa monggol di bawah Timurlenk, Feruz meninggal dunia. Dasawarsa berikutnya merupakan berul-betul merupakan masa-masa disintegrasi bagi kesultanan Delhi, yang telah mampu menyatukan wilayah India dalam satu kontrol di bawah penguasa-penguasa Islam. Segera terjadi intrig-imtrig istana dalam upaya memperebutkan posisi sebagai penguasa tunggal di kesultanan yang hamper runtuh itu. Mereka hamper selalu menjadi penguasa boneka para bangsawan Delhi. Sebagai sultan boneka terkhir adalah sultan Mahmud, yang di nobatkan oleh Mallu Iqbal pada 1401.
Dalam kedudukan sebagai sultan yang lemah dia tidak mampu mepertahankan keberadaan kekuasaan Delhi. Ketika akhirnya pada 1413 dia wafat, dan di gantikan oleh calon yang di jagokan oleh para bangsawan Delhi, Daulat Khan Lodi. Sejak itu kekuasaan berganti ke tangan wangsa yang baru, meskipun tidak berlangsung lama. Beberapa bulan kemudian pada 1414, dia di gulingkan oleh Khirz Khan, gubernur Multan yang mendapat dukungan dari Timurlenk. Tokoh ini di yakini mempunyai turunan darah Nabi, yang di juluki Sayid. Sehingga bermulalah kekuasaan Wangsa Sayid di India. Untuk selanjutnya kedua wangsa tersebut sa;ling berebut kekuasaan dan tidak dapat mempertahankan kedudukan sebagai pemersatu wilayah India. Karena hanya berkuasa atas daerah-daerah kecil.
Peristiwa separatisme berurutan terjadi dalam kesultanan Delhi yang menandai masa disintegrasi kesultanan tersebut. Kita catat misalnya, Punjab melepaskan diri dari kekuasaan pusat di Delhi hal ini tentu saja sangat beralasan sebab Punjab adalah daerah utama kekuasaan Delhi. Seterusnya kekuasaan-kekuasaan kecil lainpun memisahkan diri dari kekuasaan pusat. Yaitu Benggala yang memang telah lama longgar, jainpur di India sebelah Utara, yang mula-mula di dirikan oleh Teruz Tughluk, Malwa yang telah dianeksasi oleh Alauddin Khalji, serta Kasymir yang dulu di rebut oleh syah Mirza dari kekuasaan Hindu pada 1315. Kesultanan Bahmani di Dekkan yang di kenal paling kuat di kawasan selatan mengalami perpecahan yang amat meyakinkan, karena terpecah menjadi lima kesultanan kecil yang otonom, yaitu Ahmadnager, Bihar, Bidar, Bijapur dan Golkunda. Sempurnalah sudah proses disntegrasi Kesultanan Delhi. Penguasa-penguasa Wangsa Sayid maupun Lodi tidak mampu kembali mempersatukan kembali wilayah yang terutama di sebabkan lemahnya kekuatan muiliter.

Komentar