A. LATAR BELAKANG
Sejarah
merupakan suatu rujukan yang sangat penting untuk mewujudkan masa depan
yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa mengetahui
kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, terutama bagi umat Islam.
Perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW melalui berbagai macam
cobaan dan tantangan yang dihadap untuk menyebarkannya. Islam berkembang
dengan pesat hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan dikendalikan
oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang
sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan Islam
sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan Islam pada zaman inilah
merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka
tidak heran para sejarawan mencatat bahwa Islam pada zaman Nabi Muhammad
SAW merupakan Islam yang luar biasa pengaruhnya.
Sosok
manusia terpopuler sepanjang masa telah lahir di padang pasir tandus
menjelang akhir abad keenam Masehi. Namanya paling banyak disebut, dan
tak tertandingi oleh tokoh dunia manapun di muka bumi. Keluhuran budi
pekertinya menjadi suri teladan bagi siapa pun yang mendambakan
kedamaian dan kebahagiaan. Ajaran yang dibawanya menjadi obor penerang
bagi setiap pencinta kebenaran. Beliau adalah Nabi terkahir yang diutus
Tuhan kepada umat manusia an menjadi penyempurna dari ajaran-ajaran yang
dibawa oleh Nabi-nabi Allah terdahulu. Beliau lahir di tengah-tengah
masyarakat Arab jahiliyah yang menjadikan nafsu sebagai panglima,
mempertuhan materi dan kekayaan serta membanggakan nasab dan keturunan.
Di tengah-tengah masyarakat yang meraba-raba dalam kegelapan moral yang
pekat, beliau nyalakan pelita kebenaran. Beliau damaikan suku-suku yang
bermusuhan dan dipersatukannnya pula kabilah-kbilah yang terperangkap
dalam kotak-kotak ashabiah yang berserakan dan menyesatkan ke
dalam sebuah keluarga besar “Islam”. Dua puluh tahun lebih beliau
bekerja keras dan akhirnya berhasil.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah peradaban Islam pada Masa Nabi Muhammad Saw?
2. Peristiwa apa saja yang terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw?
3. Apa saja yang menjadi tolak ukur keberhasilan pada masa nabi Muhammad Saw?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bangsa Arab sebelum Islam
Bangsa Arab adalah penduduk asli jazirah Arab[1].
Semenanjung yang terletak di bagian barat Daya Asia ini, sebagian besar
permukaannya terdiri dari padang pasir. Secara umum iklim di jazirah
Arab amat panas[2], bahkan termasuk yang paling panas dan paling kering di muka bumi.
Dari segi pemukimannya, bangsa Arab dapat dibedakan atas ahl al-badwi dan ahl al- hadlar.
Kaum Badwi adalah penduduk padang pasir. Mereka tidak memiliki tempat
tinggal tetap, tetapi hidup secara nomaden, berpindah-pindah dari suatu
tempat ke tempat lain untuk mencari sumber mata air dan padang rumput.
Mata penghidupan adalah beternak kambing, biri-biri, kuda dan unta.
Kehidupan masyarakat Badwi yang nomaden tidak banyak memberi peluang
kepada mereka untuk membangun peradaban. Oleh karena itu, sejarah mereka
tidak ketahui dengan tepat dan jelas. Ahl al-hadlar ialah
penduduk yang sudah bertempat tinggal tetap di kota-kota tau
daerah-daerah pemukiman yang subur. Mereka hidup dari berdagang,
bercocok tanam dan industri. Berbeda dengan masyarakat Badwi, mereka
memilki peluang yang besar untuk membangun peradaban.
Dalam
struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah
organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan natara
anggota-anggotanya terikat oleh pertalian darah (nasab). Akan tetapi,
adakalanya hubungan seseorang dengan kabilahnya disebabkan oleh ikatan
perkawinan, suaka politik atau karena sumpah setia[3].
B. Muhammad Saw sebelum kenabian dan setelah diangkat menjadi Rasul
Rasulullah
Saw lahir dari kalangan bangsawan Quraisy. Ayahnya bernama Abdulah Ibn
Abdi Al Muthalib dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Garis nasab ayah
dan ibunya bertemu pada Kikab ibn Murah. Apabila ditarik keatas,
silsilah beliau sapai kepada Ismail as. Akan tetapi, nama-nama nenek
moyang beliau yang diketahui dengan jelas hanya sampai Adnan. Nama-nama
di atas Adnan sampai kepada Ismail tidak diketahui dengan pasti.
Kabilah Quraisy terkenal sebagai pedagang yang menguasai jalur niaga Yaman-Hijaz-Syiria[4].
Mereka juga mendominasi perdangan lokal dengan memanfaatkan kehadiran
para penziarah Ka’bah, terutama pada musim haji. Kabilah Quraisy
bertambah harum ketika Qushai menjadi penguasa atas Mekkah setelah
berhasil mengalahkan Bani Khuza’ah. Hal ini berarti pengembalian
tanggung jawab atas penjagaan dan pemeliharaan Ka’bah serta pelayanan
terahadap para penziarah Ka’bah kepada keturunan Ismail. Penguasaan atas
Mekkah, baik berkaitan dengan kegiatan niaga, maupun keagamaan ,
menjadikan kabilah quraisy berpengaruh besar tidak saja di Mekkah dan
sekitarnya, melainkan di Jazirah Arab seluruhnya.
Ketika
tanggung jawab pemeliharaan Ka’bah dan pelayanan terhadap para
penziarah rumah suci itu berda di atas pundak abdi Al Muthalib ibn
Hasyim, Mekkah diserang oleh Abrahah yang bermaksud meruntuhkan Ka’bah.
Ka’bah yang setiap musim dikunjungi oleh para penziarah dari seluruh
penjuru jazirah Arab, menjadikan kota Mekkah tidak hanya penting secara
politis, tetapi menguntungkan pula dari sisi ekonomi. Lebih-lebih
letaknya yang strategis pada jalur niaga Yaman-Hijaz-Syiria. Hal inilah
yang mendorong Abrahah melakukan serangan itu. Akan tetapi, serangan ini
gagal karena pasukan tentara penyerang itu diserang wabah penyakit yang
mengerikan[5].
Tahun ketika terjadi penyerangan tersebut disebut tahun gajah karena
Abrahah ketika itu memimpin pasukannya dengan menunggang seekor gajah
yang besar.
Rasulullah
saw dilahirkan sebagai yatim pada hari senin 12 Rabi’ul awal tahun
Gajah,bertepatan dengan 20 April 571. Ayahnya sudah wafat tiga bulan
setelah menikahi ibunya. Abdul Muthalib memberi nama cucunya itu
Muhammad. Beliau disusui beberapa hari oleh Tsuwaibah, sahaya Abu Lahab,
kemudian dilanjutkan penyusuan dan pengasuhannya oleh Halimah binti
Dzuaib dari kabilah Bani sa’ad. Kendatipun hanya beberapa hari Tsuwaibah
menyusuinya, beliau pelihara terus silaturrahim dengannya, demikian
pula budi baik keluarga Halimah al-Sa’diyah tidak pernah dilupakan
sepanjang hayatnya.
Ketika
berusia lima tahun, beliau dikembalikan kepada Amina. Akan tetapi,
setahun kemudian ibu kandung yang amat dicintainya wafat. Abd
al-Muthalib melanjutkan pengasuhan atas cucunya sampai kakek yang bijak
ini wafat dua tahun kemudian. Tanggung jawab untuk mengasuh dan
membesarkan Muhammad Saw selanjutnya dipikul oleh Abu Thalib, salah satu
putera Abd al-Muthalib yang paling miskin, tetapi sangat disegani dan
dihormati oleh penduduk Mekkah.
Pada
malam Senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijrah bertepatan dengan 6
Agustus 610 M, selagi Muhammad berkhalwat di gua Hira, Jibril
menyampaikan wahyu pertama.[6]Setelah
menerima wahyu itu Muhammad segera pulang dengan hati cemas dan badan
menggigil karena ketakutan. Beliau meminta Khadijah menyelimutinya.
Setelah tenang, beliau menceritakan peristiwa tersebut kepada istrinya.
Khadijah berusaha menenangkan beliau kemudian pergi menemui Waraqah ibn
Naufal, saudara sepupunya, meninggalkan beliau yang tertidur karena
kelelahan. Waraqah Ibn Naufal yang sudah memeluk agama Nasrani itu
menceritakan kepada Khadijah bahwa Muhammad diangkat menjadi Nabi dan
yang diutus tersebut merupakan malaikat Jibril.
Pada saat beliau tertidur lelap, turunlah wahyu yang kedua.[7]Setelah
menerima wahyu yang kedua ini Muhammad bangkit lalu berkata kepada
isterinya, yang baru pulang dari rumah Waraqah, bahwa Jibril telah
menyampaikan perintah Tuhan agar beliau memberi peringatan kepada umat
manusia, dan mengajak mereka supaya beribadah dan patuh hanya
kepada-Nya. Wahyu uang kedua ini menandai penobatan Muhammad sebagai
Rasulullah.
C. Dakwah Nabi Muhammad Saw pada periode Mekkah
1. Langkah Dakwah Nabi Muhammad Saw
Langkah
pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara diam-diam di lingkungan
keluarga terdekat seperti disebutkan dalam Al-Qur’an.[8]Beliau
berusaha menjelaskan ajaran Islam kepada keluarga dan kawan dekatnya.
Mereka orang yang pertama-tama memeluk agama Islam baik dari kalangan
keluarga terdekat maupun sahabat disebut dengan Assabiqunal Awwalun.
Setelah
beberapa lama Rasululah melakukan dakwah secara rahasia, maka turunlah
perintah Allah agar beliau melakukan dakwah secara terbuka di hadapan
umum seperti telah dituturkan dalam Al-Qur’an.[9]Langkah
pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah secara terbuka
adalah mengundang dan menyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib.
Kemudian
Nabi Muhammad Saw mengajak masyarakat umum. Mereka mulai mengajak ke
segenap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat bangsawan, hingga
kelas hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, keudian
penduduk negeri-negeri lain. Pertemuan dengan penduduk Mekkah dilakukan
di bukit Shafa. Dalam pertemuan itu Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa
ia diutus oleh Allah untuk mengajak mereka menyembah Allah dan
meninggalkan penyembahan terhadap berhala.
Dengan
seruan secara terbuka itu, Nabi Muhammad dan Islam menjadi perhatian
dan perbincangan di kalangan masyarakat kota Mekkah. Masyarakat Quraisy
beranggapan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw tidak mempunyai dasar
dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dan berusaha
menentangnya habis-habisan higga agama Islam tersebut lenyap dari muka
bumi ini. Selain itu, mereka memulai strategi untuk mengacaukan kegiata
dakwah Islam dan berusaha menghambat gerak laju perkembangan agama Islam
di kota Mekkah dan masyarakat Arab lainnya.
2. Respon Masyarakat Mekkah terhadap dakwah Nabi Muhammad Saw
Dakwah
Islam yang dilakukan Rasul baik secara diam-diam maupun secara terbuka,
mendapat tanggapan (respon) yang beragam. Ada yang menerima dan banyak
pula yang menolak. Sejumlah kecil mereka yang menerima ajaran Islam
adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah Saw, meskipun ada juga
keluarga dekatnya yang menolak misalnya, Abu Lahab.
Meskipun
bisa dikatakan bahwa masyarakat Arab di kota Mekkah ada yang menerima
ajaran Islam secara ikhlas, tapi pada umumnya masyarakat Arab kota
Mekkah menolak dan tidak menghendaki kehadiran Islam dan umat Islam dan
umat Islma di kota tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai
penghinaan bahka ancaman penbunuhan yang ditujkan kepada Nabi Muhammad
Saw dan umat Islam.
3. Hambatan dan Rintangan Dakwah Islam di Mekkah
Para
tokoh masyarakat Quraisy mulai menyebarkan isu yang tidak benar
mengenai ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu cara
untuk menghambat gerakan Islamisasi sehingga banyak masyarakat yang
terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut. Bahkan Abu
Thalib, paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga
dihasut untuk melarang Nabi Muhammad Saw agar tidak menyebarkan ajaran
islam. Karena tidak tahan atas ancaman dan teror yang diarahkan
kepadanya, maka pada suatu ketika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad Saw
agar bersedia menghentikan kegiatan dakwahnya.
Mereka
yang tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad Saw terus berusaha
mengganggu dan merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, termasuk
penyiksaan dan pembunuhan. Mereka menerima siksaan di luar batas
perikemanusiaan. Misalnya: dipukul, dicambuk, tidak diberi makan dan
minum. Bilal dijemur di bawah terik matahari dan ditindih batu besar.
Istri Yasir yang bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai
terpanggang.
4. Boikot dan Rencana Pembunuhan terhadap nabi Muhammad Saw
Kegagalan
masyarakat kafir Quraisy dalam membujuk Nabi Muhammad saw untuk
meninggalkan dakwahnya justru memperkuat posisi umat Islam di kota
Mekkah. Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum kafir
Quraisy. Mereka mencoba menempuh cara-cara baru, yaitu melumpuhkan
kekuatan Nabi Muhammad Saw yang bersandar pada perlindungan keluarga
Bani Hasyim. Caranya adalah memboikot mereka dengan memutuskan segala
bentuk hubungan dengan Bani Hasyim. Tidak seortang pun dari penduduk
Mekkah yang diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani
Hasyim. Persetujuan itu dibuat dalam bentuk piagam dan ditandatangani
bersama serta disimpan di dalam Ka’bah. Pemboikotan ini berlangsung
selama lebih kurang tiga tahun, yang dimulai pada bulan Muharram tahun
ketujuh kenabian, bertepatan dengan tahun 616 M. Di anatar isi piagam
pemboikotan ini adalah sebagai berikut :
1. Mereka tidak akan menikahi orang-orang Islam
2. Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari orang-orang Islam
3. Mereka tidak akan berjual beli apa saja dngan orang-orang Islam
4. Mereka tidak akan berbicara dan tidak akan menjenguk orang-orang Islam yang sakit
5. Mereka tidak akan menerima permintaan damai dengan orang-orang Islam, sehinhgga mereka menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Akibat
pemboikotan tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan
kesengsaraan yang tiada bandingnya. Pemboikotan itu baru berhenti
setelah beberapa pemimpin Quraisy merasa iba dengan penderitaan yang
dialami Bani Hasyim dan umat Islam. Akhirnya mereka merobek isi piagam
tersebut dan memusnahkannya. Dengan perobekan itu, otomatis pemnboikotan
itu berakhir.
D. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad Saw
1. Hijrah ke Habsyi yang pertama
Penyiksaan
dan penganiayaan kafir Quraisy yang diuar batas perikemanusiaan
terhadap orang-osang muslim membuat hati nabi tidak tahan melihat
penderitaan itu. Akhirnya Nabi Muhammad menyarankan kepada sahabatnya
untuk mengungsi ke Habsyi guna menghindar dari gangguan, siksaan dan
ancaman orang-orang kafir Quraisy. Pada bulan ketujuh tahun kelima
kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 wanita kemudian
rombongan berikutnya menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi
mencapai 70 orang. Kedatangan orang-orang Islam di Habyi disambut dengan
baik oleh raja Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan diizinkan
untuk melaksanakan ibadah Islam. Keadaan itu berubah ketika orang-orang
Quraisy mengirim utusan kepada Raja Nejus. Mereka meminta agar Raja
Habsyi itu mengembalikan orang-orang mukmin ke negei asalnya, yaitu
Mekkah. Namun permintaan itu ditolaknya.
Ketika umat Islam berada di Habsyi Rasulullah tetap tinggal di kota
mekkah. Beliau tetus berusaha menyebarkan Islam kepada masyarakat
Quraisy, meskipun mendapat ancaman dan gangguan yang luar biasa. Usaha
Rasulullah Saw ini ternayat tidak sia-sia. Ia b erhasil mempengaruhi
beberapa tokoh Quraisy, misalnya, Hamzah bin Abdul Muthalib yang masuk
Islam pada tahun 615 M bertepatan pada tahun ke enam kenabian.
2. Hijrah ke Habsyi yang kedua
Umat
Islam yang hijrah ke Habsyi pertama berlangsung slama 2 bulan. Setelah
itu mereka kembali ke Mekkah. Melihat keberhasilan umat Islam untuk
bertahan dan mendapat perlindungan di Habsyi, kafir Quraisy semakin
geram. Karena itulah, Nabi Muhammad menyarankan kembali kepada umat
Islam untuk hijrah ke Habsyi. Hijrah kedua ini diikuti oleh 101 orang
diantarnaya terdapat 18 orang wanita yang dipimpin oleh Jakfar bin Abi
Thalib.
Kepergian umat Islam yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat sambutan
yang hangat dari Raja Nejus. Rupanya kebaikan hati Raja Nejus ini
membuat marah orang-orang kafir Quraisy. Mereka tidak tahan dan terus
berusaha untuk menghambat langkah perkembangan Islamdengan berbagai
cara. Melihat keseriusan orang-orang kafir Quraisy, Raja Nejus berusaha
mengumpulkan umat Islam untuk meminta penjelasan yang sebenarnya. Dalam
kesempatan ini Jakfar bin Abi Thalib bertindak sebagai juru bicara umat
Islam untuk menjelaskan hal yang sebenarnya mengenai ajaran Islam kepada
Raja Nejus. Akhirnya Raja mengerti dan Raja Nejus pun masuk Islam.
3. Misi ke Thaif
Tahun
kesepuluh kenabian, dikenal dengan tahun duka bagi Nabi Muhammad Saw
sebab dua orang yang sangat dicintainya meninggal dunia, yaitu Siti
Khadijah dan Abu Thalib. Dengan meninggalnya mereka, orang-orang kafir
Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad saw. Karen
apenderitaan yang dialami Nabi Muhammad semakin hebat, ia bersama Zaid
berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan serta perlindungan dari
keluarganya yang berada di kota itu. Akan tetapi mereka tidak mau
meberikan perlindungan dan bantuan apaun kepada nabi Muhammad Saw.
Bahkan beliau diusir dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi.
Beliau diusir dan dilempari batu oleh pemuda kota Thaif.
4. Perjanjian aqabah
a. Perjanjian Aqabah I
Pada
tahun ke 12 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, Nabi Muhammad Saw
menemui rombongan haji dari Yatsrib. Rombongan haji tersebut berjumlah
sekitar 12 orang. Kepada mereka Nabi Muhammad menyampaikan dakwahnya.
Seruan itu mendapat sambutan hangat sehingga mereka menyatakan
keislamannya di hadapan Nabi Muhammad. Pertemuan tersebut terjadi di
salah satu bukit di kota Mekkah, yaitu bukit Aqabah. Disini mereka
mengadakan persetujuan untuk membantu Nabi Muhammad dalam menyebarkan
Islam.
Isi perjanjian aqabah itu antara lain sebagi berikut :
1. Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad
2. Mereka menyatakan rela berkorban harta dan jiwa
3. Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya
4. Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah
5. Mereka menyatakan tidak akan membunuh
6. Mereka menyatakan tidak akan mralkukan kecurangan dan kedustaan.
b. Perjanjian Aqabah II
Pada
tahun ke 13 kenabian, bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah Yatsrib
datang kembali ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah itu
berjumlah sekitar 73 orang. Setibanya di kota Mekkah, mereka menemui
Nabi Muhammad menyampaikan pesan berupa permintaan masyarakat Yatsrib
agar Nabi Muhammad bersedia datang ke kota Mekkah, memberikan penerangan
tentang ajaran islam dan sebagainya. Permohonan itu dikabulkan Nabi
Muhammad dan beliau menyatakan kesediannya untuk datang dan berdakwah
disana. Untuk memperkuat kesepakatan itu, mereka mengadakan perjanjian
yang disebut perjanjian aqabah yang kedua yang berisi :
1. Penduduk Yatsrib siap dan bersedia melindungi Nabi Muhammad
2. Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa
3. Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada sanak keluarga mereka
4. Penduduk Yatsrib siap menerima segala resiko dan tantangan.
E. Dakwah Nabi Muhammad Saw pada periode Madinah
1. Hijrah ke Yatsrib
Setelah
Baiah Aqabah Kedua tindakan kekerasan terhadap kaum muslimin makin
meningkat, bahkan musyrikin Quraisy sepakat akan membunuh Rasulullah.
Menghadapi kenyataan ini Rasulullah menganjurkan para sahabatnya untuk
segera pindah ke Yatsrib. Rasulullah meninggalkan Mekkah setelah seluruh
kaum muslimin, kecuali Ali dan keluarganya serta Abu Bakar dan
keluarganya, sudah keluar dari Mekah. Ketika akan berangkat, Rasulullah
meminta Ali untuk tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang berencana
membunuhnya. Beliau berangkat ke gua Tsur, arah selatan Mekah, ditemani
oleh Abu Bakar.
Mereka bersembunyi di gua Tsur selama tiga malam. Tidak ada yang tahu
tentang keadaan dan tempat persembunyian mereka selain putera pteri Abu
Bakar sendriri, Abdullah, Aisyah, dan Asma’ serta sahayanya, Amir ibn
Fuhairah. Merekalah yang mengirimkan makanan setiap malam dan
menyampaikan kabar mengenai pergunjingan penduduk Mekah tentang
Rasulullah. Pada malam yang ketiga mereka keluar dari persembunyiannya
untuk melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib ditemani oleh Abdullah ibn
Abi Bakar dan Abdullah ibn Arqad, seorang musyrik yang bertugas selaku
penunjuk jalan.
Senin
tengah hari 8 Rabiul Awwal Rasulullah tiba di Quba, sekitar 10
kilometer dari kota Yatsrib. Selama tinggal di Quba beliau menginap di
rumah Kultsum ibn Hadam, seorang laki-laki tua yang rumahnya biasa
dijadikan pangkalan bagi orang-orang yang baru datang ke Yatsrib. Adapun
Abu Bakar menginap di rumah Hubaib ibn Isaf atau Kharijah ibn Zaid.
Pada saat itulah masjid pertama dibangun di sini atas saran Ammar ibn
Yasir. Rasulullah sendiri yang meletakkan batu pertama di kiblatnya,
diikuti oleh Abu Bakar, kemudian diselesaikan oleh para sahabatnya. Tiga
hari kemudian Ali ibn Abi Thalib tiba pula di Quba setelah menempuh
perjalanan selama 15 hari. Ia bergaung dengan Rasulullah tinggal di
rumah ibn Hadam. Keesokan harinya, Jumat 12 Rabiul Awal bertepatan
dengan 24 September 622 M rombongan Muhajirin ini melanjutkan perjalanan
ke Yatsrib.
Kedatangan
Rasulullah disambut hangat penuh kerinduan oleh kaum Anshar. Kemudian
unta Nabi berhenti di salah satu kebun yang ditumbuhi beberapa pohon
kurma, bersebelahan dengan rumah Abu Ayyub. Kebun ini milik dua anak
yatim bersaudara yang diasuh oleh Abu Ayub, bernama Sahl dan Suhail,
putera Rafi’ ibn Umar. Atas permintaan Mu’adz ibn Ahra’, kebun ini
dijual, dan diatasnya dibangun masjid atas perintah Rasulullah. Sejak
kedatangan Rasulullah, Yatsrib berubah namanya menjai Madinah al-Rasul atau al-Madinah al-Munawwarah.
2. Pembinaan Masyarakat dan Peletakan Dasar-dasar Kebudayaan Islam
Pekerjaan
besar yang dilakukan Rasulullah dalam periode Madinah adalah pembinaan
terhadap masyarakat Islam yang baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan
yang diletakkan oleh Rasulullah itu pada umumnya merupakan sejumlah
nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang
berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi dan politik yang bersumber
dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Lembaga utama dan pertama yang dibangun
Rasulullah dalam rangka pembinaan masyarakat ini adalah masjid. Pertama
masjid Quba, selang beberapa hari kemudian Masjid Nabawi dibangun
setelah Rasulullah tiba di Yatsrib.
Muhammad
ternyata bukan hanya seorang Nabi dan Rasul, tapi juga seorang ahli
politik yang ulung dan diplomat yang bijak, sebagai pahlawan perkasa di
medan perang, dan sebagai ksatria dalam memperlakukan musuh yang kalah.
Kepiawannya berpolitik antara lain ditunjukkan dalam perjanjian damai
dengan penduduk non muslim Madinah. Dengan perjanjian iyu, kota Madinah
menjadi Madinah al-Haram dalam arti yang sebenarnya. Perjanjian ini kemudian dikenal dengan Piagam Madinah.
Beberapa asas masyarakat Islam yang telah diletakkan oleh Rasulullah antara lain al-ikha (persaudaraan), al-musawah (persamaan), al-tasamuh (toleransi), al-tasyawur (musyawarah), al-ta’awun (tolong menolong), al-adalah (keadilan). Atas dasar ini pula Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
3. Memelihara dan Mempertahankan Masyarakat Islam
a. Rongrongan kaum Yahudi
Kaum
Yahudi Madinah yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadlir dan Bani Quraidhah sejak
semula sudah mempercayai akan datangnya nabi akhir zaman sebagaimana
dijelaskan dalam kitab suci mereka tetapi mereka ingkar.
Kira-kira
setahun kemudian setelah pengusiran Bani Qainuqa pada akhir tahun kedua
setelah hijrah, Amr ibn Jahasy dari Bani Nadlir mencoba hendak membunuh
Rasulullah. Ia menjatuhkan batu dari atas tembok tempat beliau dan
para sahabatnya beristirahat. Atas penghianatan itu, perkampungan mereka
dikepung selama 16 hari, dan mereka diusir dari Madinah.
Pengusiran
terhadap Bani Nadlir mendorong mereka untuk bersekutu dengan
kabilah-kabilah besar Arab seperti Quraisy, Ghathfan, Bani Murrah dan
lain-lain untuk bersama-sama menyerang Madinah. Terjadilah perang Ahzab
pada tahun 5 H. Kota Madinah dikepung, sehingga kaum muslimin terancam
kelaparan. Ketika musuh menghentikan pengepungan dan meninggalkan
Madinah tanpa hasil sedkit pun, kaum muslimin mengepung perkampungan
Quraidhah selama 25 hari. Karena penghianatannya, mereka dihukum mati,
sementara anak-anak dan perempuan meraka ditawan.
b. Rongrongan orang-orang munafik
Ketika Rasulullah bersiap untuk menghadapi perang Uhud, kaum munafik
keluar dari barisan yang dipersiapkan itu atas hasutan Abdullah ibn
Ubai, pemimpin mereka. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan kaum
Yahudi dan pernah menjanjikan bantuan kepada bani Quraidhah sewaktu yang
disebut terakhir ini mengianati kaum muslimin. Terhadap orang-orang
munafik ini Rasulullah bersikap lunak sambil berusaha menyadarkan mereka
supaya beriman secara benar. Usaha Rasulullah tidak sia-sia, ternyata
kelompok orang munafik ini tidak ditemukan lagi setelah Abdullah ibn
Ubay meninggal dunia.
c. Rongrongan kafir Quraisy dan sekutunya
Perang
sebagai jawaban atas sikap permusuhan kafir Quarisy terjadi pertama
kali di lembar Badar pada tanggal 17 Ramadhan 2 H. Dalam al-Qur’an
peristiwa itu disebut yaum al-furqan, artinya hari pemisah antara
yang hak dan yang batil. Kendatipun jumlah pasukan Islam jauh lebih
kecil dari pasukan Quraisy, namun mereka berhasil meraih kemenangan.
Sementara itu, kafir Quarisy bertekad membalas kekalahan itu dengan
mempersiapkan 3000 pasukan dengan perbekalan yang cukup dan persenjataan
yang lengkap. Turut ambil bagian dalam pasukan itu, Arab Tihamah,
Kinanah, Bani Harits, Bani Haun, dan Bani Musthaliq. Pada bulan Sya’ban 3
H terjadilah perang Uhud. Dalam peristiwa ini umat Islam menderita
kekalahan. Kurang lebih 70 orang sahabat Rasulullah gugur sebagai
syuhada, termasuk di antaranya Hamzah ibn Abd al-Muthalib, paman
Rasulullah.
Sementara kaum kafir Arab meningkatkan kerjasama untuk menyempurnakan
kemenangan mereka, Bani Nadlir mencoba melakukan pembunuhan atas diri
Rasulullah, namun gagal dan mereka diusir dari Madinah. Mereka kemudian
bersekutu dengan kafir Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lain yang
memusuhi Islam. Bulan Syawal 5 H kurang lebih 14000 tentara, diantaranya
4000 dari Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan, menyerbu Madinah.
Menghadapi serbuan ini Rasulullah memilih bertahan di dalam kota. Atas
saran Salman al-Farisi, di bagian utara kota digali parit yang lebar dan
dalam, sementara di bagian yang lain dijaga ketat dengan menutup setiap
lorong untuk masuk ke dalam kota. Perang ini dikenal dengan perang
Khandaq, karena kaum muslimin meggunakan parit (khandaq) sebagai benteng
pertahanan. Dikenal pula dengan perang Ahzab, karena musuh yang
menyerang Madinah terdiri dari berbagai golongan yang bersekutu.
4. Fase Perjuangan setelah Perang Ahzab
Pada
bulan Dzu al-Qa’dah 6 H Rasulullah dan sekitar 10.000 sahabatnya
berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dan haji. Tidak ada senjata
yang mereka bawa selain pedang yang tersimpan pada sarungnya sekedar
untuk menjaga diri selama dalam perjalanan. Kafir Quarisy tidak
menghendaki kaum muslimin memasuki kota Mekah karena menurut mereka hal
ini berarti kemenangan bagi kaum muslimin. Oleh karena itu, mereka
mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk menghadang
rombongan Rasulullah. Kaum muslimin dapat menghindari pertemuan dengan
pasukan Khalid dengan menempuh jslsn lsin, sehingga meeka sudah sampai
di Hudaibiyah, beberapa mil dari kota Mekah.
Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat, dan memutuskan untuk
mengutus Utsman bin Affan guna menyampaikan maksud kedatangan mereka.
Akan tetapi Utsman bin Affan ditahan dan timbul desas-desus bahwa Utsman
dibunuh. Kemudian rasulullah dan para sahabatnya mengadakan sumpah
setia untuk berperang sampai tercapai kemenangan yang disebut baiah al-ridlwan karena
diridhai oleh Allah swt. Sumpah setia ini menggetarkan nyali musyrikin
Quraisy, sehigga mereka membebaskan Utsman dan mengirim Suhail ibn Amr
al-Amiri untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin.
Perjanjian ini dikenal dengan Perjanjian Hudaibiah yang pokok-pokoknya sebagai berikut :
1. Segala permusuhan antara kedua belah pihak dihentikan selama 10 tahun
2. Setiap orang Quraisy yang datang kepada kaum muslimin tanpa seizin walinya harus ditolak dan dikembalikan
3. Setiap orang Islam yang menyerahkan diri kepada pihak Quraisy tidak akan dikembalikan
4. Setiap
kabilah yang ingin bersekutu dengan kaum Quraisy maupun dengan kaum
muslimin tidak boleh dihalang-halangi oleh salah satu pihak yang membuat
perjanjian ini.
5. Kaum
muslimin tidak boleh memasuki Mekah pada tahun ini, namun diberi
kesempatan pada tahun berikutnya dengan syarat tidak membawa senjata,
kecuali pedang dalam sarungnya dan tidak tinggal di Mekah lebih dari
tiga hari.
Kaum
muslimin berhasil memasuki kota Mekah tanpa setetes darah pun pada
tahun 20 Ramdhan tahun 8 H. Para penakluk kemudian berthawaf
menegelilingi Ka’bah dan menghancurkan patung-patung yang ada di rumah
suci itu. Peristiwa ini dikenal dengan Fathu Mekah (pembebasan Mekah).
Pada
bulan Rajab 9 H bertepatan dengan Oktober 630 M, Rasulullah
mempersiapkan pasukan untuk meghadapi tentara Romawi di Utara. Pasukan
Romawi yang semula akan menyerang Islam, mundur kembali ke negerinya
stelah melihat betapa besar jumlah pasukan kaum muslimin yang dipimpin
Rasululah tak kena mundur. Peristiwa ini dikenal dengan Perang Tabuk.
Oleh
karena itu, sejak tahun 9 H (630/631 M) para utusan kabilah-kabilah
Arab datang berbondong-bondong menghadap Rasulullah menyatakan masuk
Islam. Mereka itu antara lain Bani Tsaqif, dari Thaif, Bani Asad dari
Najd, Bani tamim disusul kemudian oleh perutsan dari Yaman dan
sekitarnya pada tahun 10 H. Dengan demikian, tahun ini disebut dengan
tahun perutusan atau ‘am alwufud.
F. Haji Wada’ dan Akhir Hayat Rasulullah
Setelah
tercipta ketenangan di seluruh jazirah Arab, Rasulullah bermaksud
menunaikan haji ke Baitullah. Pada tanggal 25 Dzu al-Qa’dah 10 H, beliau
bersama-sama dengan sekitar 100.000 sahabatnya berangkat meninggalkan
Madinah menuju Mekah. Pada tanggal 8 Dzu al-Hijjah yang disebut hari
Tarwiyah Rasulullah bersama rombongannya berangkat menuju Mina dan pada
waktu fajar hari berikutnya mereka berangkat ke Arafah.
Tepat tengah hari di Arafah, beliau menyampaikan pidato yang amat penting, yang dikenal dengan khuthbah al-wada’i(pidato
perpisahan). Beliau menyampaikan amanat dari atas punggung unta dan
meminta Tabi’ah ibn Umayyah ibn Khalaf untuk mengulang dengan keras
setiap kalimat yang beliau ucapkan. Pada setiap kalimat yang beliau
ucapkan, haus didengar oleh setiap orang dan wajib disampaikan kepada
orang-orang yang berada di empat yang jauh. Pidato Rasulullah itu amat
penting, karena mengandung pesan yang amat berharga untuk pedoman hidup
manusia, baik yang berkaitan dengan hubungan antar manusia maupun
hubungan manusia dengan Penciptanya.
Kira-kira
tiga bulan sesudah menunaikan ibadah haji yang penghabisan itu,
Rasulullah mendertia demam beberapa hari. Beliau menunjuk Abu Bakar
untuk menggantikan beliau mengimami shalat jamaah. Pada hari Senin 12
Rabiul Awwal 11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M, Rasulullah
mengembuskan nafasnya yang terakhir, menghadap ke hadirat Allah Swt
dalam usia 63 tahun.
BAB III
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Dari
pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa sejarah
peradaban Islam dimasa Nabi Muhammad SAW banyak melewati
rintangan-rintangan dan penganiayaan diluar batas manusia. Namun
demikian orang muslim selalu bersabar dan istiqamah di jalan-Nya. Begitu
juga dengan Nabi Muhammad SAW selalu bersabar dan istiqamah dalam
menyiarkan agama islam dari periode Mekkah hingga Periode Madinah.
Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai seorang Rasulullah yang di utus
untuk menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga sebagai pemimpin negara
yang pandai dalam berpolitik, sebagai seorang panglima perang serta
seorang administrator yang cakap, hanya dalam waktu kurun waktu singkat
Rasulullah bisa menaklukkan seluruh Jazirah Arab.
Pada
akhirnya, perjuangan Nabi Muhammad SAW membuahkan hasil, yaitu
berkembangnya islam dengan pesat, tidak hanya di Madinah bahkan di
Mekkah juga, yang ditandai dengan terjadinya peristiwa Fathul Mekkah.
2. Kritik dan Saran
Demikianlah
yang dapat kami paparkan dalam makalah kami, untuk kepentingan kita
bersama kami sbagai penulis dan Anda pembaca, sekirannya dapat memberi
saran atau kritikan yang membangun serta tanggapan guna untuk
memperbaiki atau tambahan bahasan kami dalam makalah ini.
Sejarah kebudayaan islam zaman kulafaul rasyidin
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pada
umumnya setiap penulisan ulang mengenai Sejarah Peradaban Islam pada
masa-masa Khulafaur Rasyidin ataupun sejarah-sejarah lain adalah terbuka
dan milik semua orang. Asalkan bisa memahami dan bisa
mengaplikasikannya secara sistematis dan inofatif. Tema besar penulisan
makalah ini akan lebih banyak menelusuri mengenai akar-akar Sejarah
Peradaban Islam pada masa Khulafaur Rasyidin. Karena nilai-nilai positif
Sejarah Peradaban Khulafaur Rasyidin tidak lagi dijadikan teladan oleh
orang-orang Islam. Fenomena yang sangat menyedihkan, mayoritas
orang-orang Islam saat ini lebih banyak mengadobsi budaya/peradaban
orang-orang non muslim. semua itu merupakan cerminan bagi potret
perkembangan di masing-masing kawasan Dunia Islam yang terus menerus
menunjukkan dinamikanya.
- Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa hal sebagai berikut :
- Apa itu Khulafaur Rasyidin?
- Islam dimasa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
- Islam dimasa khalifah Umar bin Khattab
- Islam dimasa khalifah Usman bin Affan
- Islam dimasa khalifah Ali bin Abi Thaalib
- Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kondisi Islam dan ummat
muslim dimasa khulafaur rasyidin serta menambah wawasan kita tentang
kepemimpinan para khulafaur rasyidin.
BAB II
PEMBAHASAN
- Khulafaur Rasyidin
Secara
bahasa, Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa dan Ar-Rasyidin.
Kata Khulafa’ merupakan jamak dari kata Khalifah yang berarti pengganti.
Sedangkan Ar-Rasyidin artinya mendapat petunjuk. Arti bebasnya adalah
orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin atau pemimpin yang
selalu mendapat petunjuk dari Allah SWT. Para Khulafaur Rasyidin
merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu :
- Abu Bakar Ash-Shiddiq.
- Umar bin Khattab.
- Usman bin Affan.
- Ali bin Abi Thalib.
Wafatnya
Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin agama maupun Negara menyisakan
persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun
sebagai penerusnya. Akibatnya, para sahabat mempermasalahkan dan saling
berusaha untuk mengajukan calon pilihan dari kelompoknya. Dan
diperolehlah 3 calon penerus nabi dari kelompok yang berbeda, yaitu :
- Ali bin Abi Thaalib dari kelompok Ahul Bait.
- Saad bin Ubadah dari kelompok Anshar.
- Abu Bakar Ash-Shiddiq dari kelompok Muhajirin.
Namun
perselisihan ini mengakibatkan tertundanya pemakaman Rasulullah SAW.
Dan akhirnya Abu Bakar Ash-Shiddiq lah yang terpilih dan di baiat
sebagai penerus Nabi Muhammad SAW. Dan Abu Bakar di baiat sebagai Khalifahatau penerus Nabi di balai pertemuan bani Saidah.
- Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu
Bakar Ash Shiddiq lahir pada tahun 568 M atau 55 tahun sebelum hijrah.
Dia merupakan khalifah pertama dari Al-Khulafa’ur Rasyidin, sahabat Nabi
Muhammad SAW yang terdekat dan termasuk di antara orang-orang yang
pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Nama lengkapnya adalah
Abdullah bin Abi Kuhafah at-Tamini.
Pada
masa kecilnya Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah. Nama ini diberikan
kepadanya sebagai realisasi nazar ibunya sewaktu mengandungnya. Kemudian
nama itu ditukar oleh Nabi Muhammad SAW menjadi Abdullah bin Kuhafah
at-Tamimi. Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah SAW karena ia seorang
yang paling cepat masuk Islam, sedang gelar as-Siddiq yang berarti ‘amat
membenarkan’ adalah gelar yang diberikan kepadanya karena ia amat
segera memberiarkan Rasulullah SAW dalam berbagai macam peristiwa,
terutama peristiwa Isra Mikraj. [1]
Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Khalifah
Abu Bakar adalah khalifah yang sangat berjasa diawal masa khulafaur
rasyidin, meski banyak sekali cobaan dan hambatan yang datang. Masa Abu
Bakar di mulai dengan munculnya permasalahan tentang siapa pemimpin yang
akan memimpin umat Islam pasca wafatnya Rasulullah SAW. Kemudian masa
ini dihadapkan dengan banyaknya masyarakat yang murtad serta enggan
membayar zakat kembali. Hingga bermunculan orang-orang yang mengaku
sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Berkat ketegasan khalifah Abu
Bakar serta keteguhan hati para sahabat, permasalahan yang muncul bisa
ditangani dan distabilkan kembali.
Kemajuan yang diraih dimasa Abu Bakar
Abu
Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal
dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam
negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab
yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah. Karena sikap
keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan
pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang
disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) dan pahlawan yang
banyak berjasa dalam perang tersebut adalah Khalid bin Walid.
Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang lebih dua tahun, antara lain:
- Perbaikan sosial (masyarakat).
Perbaikan
sosial yang dilakukan Abu Bakar ialah usaha untuk menciptakan
stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah Arab dari
para penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang
yang enggan membayar zakat).
- Perluasan dan pengembangan wilayah Islam.
Adapun
usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah Islam Abu
Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah yang
dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah
kekuasaan Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar harus ditaklukkan
dengan tujuan untuk memantapkan keamanan wilayah Islam dari serbuan dua
adikuasa, yaitu Persia dan Bizantium
- Pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an.
Sedangkan
usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an adalah atas
usul dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir kehilangan Al
Qur’an setelah para sahabat yang hafal Al Qur’an banyak yang gugur dalam
peperangan, terutama waktu memerangi para nabi palsu. Alasan lain
karena ayat-ayat Al Qur’an banyak berserakan ada yang ditulis pada daun,
kulit kayu, tulang dan sebagainya. Hal ini dikhawatirkan mudah rusak
dan hilang.
- Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam.
Kemajuan
yang diemban sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam, Abu Bakar
senantiasa meneladani perilaku rasulullah SAW. Bahwa prinsip musyawarah
dalam pengambilan keputusan seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW selalu dipraktekkannya. Ia sangat memperhatikan keadaan rakyatnya
dan tidak segan-segan membantu mereka yang kesulitan. Terhadap sesama
sahabat juga sangat besar perhatiannya.
- Meningkatkan kesejahteraan umat.
Sedangkan
kemajuan yang dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan umum, Abu Bakar
membentuk lembaga “Baitul Mal”, semacam kas negara atau lembaga
keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada Abu Ubaidah, sahabat Nabi SAW
yang digelari “amin al-ummah” (kepercayaan umat). Selain itu didirikan
pula lembaga peradilan yang ketuanya dipercayakan kepada Umar bin
Khattab. [2] Sebelum Abu Bakar Wafat, beliau sempat menunjuk Umar bin Khattab sebagai khalifah yang berikutnya.
- Khalifah Umar bin Khatthab
Umar
bin Khatthab (583-644) memiliki nama lengkap Umar bin Khathab bin
Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin
‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay, adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu
Bakar Ash-Shiddiq.[1] Umar bin khattab lahir di Mekkah pada tahun 583 M,
dua belas tahun lebih muda dari Rasulullah Umar juga termasuk kelurga
dari keturunan Bani Suku Ady (Bani Ady).
Umar
bin Khatthab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah
sesudah Nabi Muhammad SAW. Peranan umar dalam sejarah Islam masa
permulaan merupakan yang paling menonjol kerena perluasan wilayahnya,
disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan
besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui
kebenarannya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa
jika tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar,
Isalm belum tentu bisa berkembang seperti zaman sekarang.
Kekhalifahan Umar bin Khatthab
Masa
kekhalifahan Umar bin Khatthab itu sepuluh tahun enam bulan, yaitu dari
tahun 13 H/634 M sampai dengan tahun 23 H/644 M, dan wafat karena
dibunuh diusia 63 tahun. Tragedi itu merupakan pembunuhan politik yang
pertama didalam sejarah Islam.
Masa
pemerintahannya yang sepuluh tahun itu paling sibuk dan paling
menentukan bagi masa depan selanjutnya. Pada masa pemerintahannya itu
imperium Roma Timur (Byzantium) kehilangan bagian terbesar dari wilayah
kekuasaannya pada pesisir barat Asia dan pesisir utara Afrika. Pada masa
pemerintahannya kekuasaan Islam mengambil alih kekuasaan didalam
seluruh wilayah imperium Parsi sampai perbatasan Asia Tengah.
Seperti
halnya dengan khalifah Abu Bakar, ia tinggal dirumah biasa dan hidup
sebagai rakyat biasa di Madinah al-Munawwaroh.Dengan kesederhanaannya
itu ia disegani oleh segala pihak dan ditakuti oleh lawan dengan sangat
takzim.
Kemajuan yang diraih dimasa Umar
Selama
pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam
mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti
Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta
mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu
Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada jaman
Umar. Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal
penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus.
20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu
dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.
Umar
melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari
dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk
daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya
sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan
untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar
dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya
hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat
sederhana.
Pada
sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung
saat peristiwa hijrah. Secara garis besar seperti berikut ini :
- Peletak dasar-dasar administrasi Negara atau pemerintahan Islam.
- Industry dan pertanian mengalami kemajuan yg pesat.
- Kemajuan dalam bidang keilmuan umat islam.
- Ekspansi ke luar daerah islam besar-besaran.
- Mengadakan baitul maal.
Kemudian
setelah khalifah Umar wafat, Islam dipimpin oleh Khalifah Usman dengan
pemilihan yang dilakukan oleh dewan syuura yang dibentuk oleh Khalifah
Umar.
- Khalifah Usman bin Affan
Usman
ibn ‘Affan ibn Abdillah ibn Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi mannaf ibn
Qushayi lahir pada tahun 576 M di Thaif. Ibunya adalah Urwah, putrinya
Ummu hakim al-Baidha, putri Abdul muttalib, nenek nabi SAW. Ayahnya
‘Affan adalah seorang saudagar yang kaya raya dari suku Quraisy-Umayyah.
Usman ibn ‘Affan menikah dengan dua orang putri Rosulullah SAW, yaitu
Roqayyah dan Ummu kulsum, sehingga ia mendapat julukan Dzu al-Nurain.
Kekhalifahan Usman bin Affan
Dalam
menjadi khalifah Usman ibn ‘Affan dipilih melalui majelis khusus yang
dibentuk oleh Umar ibn Khottob. Majelis atau panitia pemilihan itu
terdiri dari enam sahabat dari berbagai kelompok sosial yang ada. Mereka
adalah Ali bin Abi thalib, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf,
Zubair, Sa’ad bin Abi waqas, dan Thalhah. Namun pada saat pemilihan
berlangsung, Thalhah tidak sempat hadir, sehingga lima dari enam anggota
panitia yang melakukan pemilihan.
Setelah
kaum muslim bersepakat membaiat Usman bin Affan sebagai khalifah ketiga
setelah Abu Bakar al-shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a. ketika
ditinggalkan oleh Umar bin Khattab, umat islam berada dalam keadaan yang
makmur dan bahagia. Kawasan dunia muslimpun telah bertambah luas.
Khalifah Umar berhasil menciptakan stabilitas sosial politik didalam
negeri sehingga ia dapat membagi perhatiannya untuk memperluas wilayah
islam. Dan ketika Usman menjabat sebagai khalifah, ia meneruskan
sebagian besar garis politik Umar. Ia melakukan berbagai Ekspedisi untuk
mendapatkan wilayah-wilayah baru. Perluasan itu memunculkan situasi
sosial yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Kemajuan yang diraih dimasa Usman
- Pembukuan Al-Quran pada akhir 24 H.
- Penyatuan Qiraat Quraisy.
- Ekspansi wilayah Islam.
- Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.
- Ali bin Abi Thalib
Khlifah
keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu
Nabi. Ali adalah putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah
seseorang yang memiliki kelebihan, selain itu ia adalah pemegang
kekuasaan. perumus kebijakan dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia
adalah pahlawan yang gagah berani, penasehat yang bijaksana, penasihat
hukum yang ulung dan pemegang teguh tradisi, seorng sahabat sejati, dan
seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir
hayatnya dan merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Nabi
Muhammad[3]
Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
Setelah
Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib
sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa
pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa
sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan setabil. Setelah
menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat
oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena
keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan
Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada
negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan dia antara
orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan Umar.
Kemajuan yang diraih dimasa Ali
Dikalangan
kaum muslim dibeberapa daerah, terutama di basrah, mesir, dan kuffah,
pada masa akhir kepemimpinan khalifah usman bin affan terjadi fitnah
besar-besaran. Fitnah tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik yang
dipimpin oleh abdullah bin saba. Fitnah tersebut berhasil menghasud
beberapa pihak untuk memberontak dan menuntut mundurnya khalifah usman
bin affan.
Suatu
ketika para pemberontak berhasil menyerbu rumah khalifah usman bin
affan dan membunuhnya. Saat Kejadian tersebut, khalifah usman bin affan
sedang menjalani puasa sunah dan membaca Al-qur’an.
Muslimin
dalam kesedihan yang sangat mendalam, dan dalam kebingungan setelah
kematian usman. Selama lima hari berikutnya mereka tanpa pemimpin.
Sejarah sedang kosong buat madinah, selain pemberontakan yang selama itu
pula membuat kekacauan dan menanamkan ketakutan di hati orang.
Kaum
pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi thalib dengan
maksud mendukungnya sebagai khalifah, dipelopori oleh al-gafiqi dari
pemberontakan mesir sebagai kelompok besar. Tetapi ali menolak. Setelah
kematian khalifah usman tak ada lagi oarang yang pantas menjadi khalifah
dari pada Ali bin abi thalib. Dalam kenyataannya ali memang merupakan
tokoh yang paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada
seorang pun yang mengklaim atau mau tampil mencalonkan diri menjadi
khalifah untuk menggantikan usman bin affan termasuk mu’awiyah bin abi
sofyan selain nabi ali bin abi thalib. Di samping itu mayoritas umat
muslimin di madinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan pilihan
kepada Ali, kendati ada juga beberapa kalangan, kebanykan dari bani
umayyah yang tidak mau membai’at ali, dan sebagian dari mereka ada yang
pergi ke suria.[4]
Sepeninggal
Usman bin Affan dalam kondisi kacau, kaum muslimin meminta Ali bin Abi
Thalib untuk menjadi khalifah. Akan tetapi muawiyah menolak usulan
tersebut, karena keluarga besar khalifah usman bin affan (muawiyah bin
abi sofyan) menuntut pembunuh khalifah usman bin affan ditangkap
terlebih dahulu.
Sedangkan
pihak ali berpendapat bahwa masalah kepemimpinan sebaiknya
diselesaikan terlebih dahulu, setelah itu barulah pembunuh khalifah
Usman bin affan dicari bersama-sama. Perbedaan pendapat tersebut menjadi
awal pecahnya persatuan kaum muslimin saat itu. Akhirnya Ali bin abi
thalib tetap diangkat sebagai khalifah.
Prestasi-prestasi khalifah ali bin abi thalib adalah sebagai berikut[5]
- Memajukan dalam bidang ilmu bahasa
Pemerintahan
wilaya islam pada masa khalifah ali bin abi thalib sudah mencapai
india. Akan tetapi pada saat itu, penulisan huruf ijayyah belum
dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhammad dan
syaddah, sehingga menyebabkan banyaknya kesalahan-kesalahan bacaan teks
Al-qur’an dan hadits di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.
Untuk
menghindari kesalahan fatal dalam membaca Al-qur’an dan hadits,
khalifah ali bin abi thalib memerintahkan abu aswad ad-duali untuk
mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata
bahasa Arab.
- Membenahi keuangan negara (baitul mal)
Harta
pejabat yang diperolehnya dengan cara yang tidak benar disita oleh
khalifah ali bin abi thalib. Harta tersebut kemudian disimpan di baitul
mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
- Mengganti pejabat yang kurang konsisten
Para
pejabat yang kurang konsisten dalam bekerja, semuanya diperbaiki dan
diganti oleh khalifah ali bin abi thalib. Akan tetapi, pejabat-pejabat
yang diganti tersebut banyak yang dari keluarga khalifah usman bin affan
(bani umayyah). Akibatnya makin banyak kalangan bani umayyah yang tidak
menyukai khalifah ali bin abi thalib.
- Bidang pembangunan
Pembangunan
kota Kuffah telah menjadi perhatian khusus bagi khalifah ali bin abi
thalib. Pada awalnya, kota Kuffah disiapkan untuk pusat pertahanan oleh
Mu’awiyah bin abi Sofyan. Akan tetapi kota Kuffah kemudian berkembang
menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu, dan ilmu
pengetaahuan lainnya. Perselisihan antar pendukung khalifah ali bin abi
thalib dan Mu’awiyah bin abu Sofyan mengalami berakhirnya pemerintahan
islam di bawah khulafaurrasyidin. Para ahli sejarah menyatakan bahwa
pemerintah islam yang paling mendekati masa pemerintahan rasulullah saw.
- Gambaran Kehalifahan
- Masa Kepemimpinan
Adapun masa pemerintahan khulafa al rasyidun adalah sebagai berikut :
No | Nama | Mulai | Berakhir | Lama | Umur |
1. | Abu Bakar | 11H/632M | 13H/634M | 2 Th 3 Bln | 63 Tahun |
2. | Umar | 13H/634M | 23H/644M | 10 Th 6 Bln | 63 Tahun |
3. | Usman | 23H/644M | 35H/656M | 12 Th | 82 Tahun |
4. | Ali | 35H/656M | 40H/661M | 4 Th 9 Bln | 63 ahun |
- KONDISI ISLAM DAN UMAT MUSLIM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
Pada masa khulafaur rasyidin, Islam dan umat muslim mengalami berbagai macam permasalahan, yaitu :
No | Khalifah | Kondisi |
1. | Abu Bakar ash-shiddiq | 1. Kondisi Islam menjadi tidak stabil sepeninggal nabi.
2. Muncul nabi-nabi palsu (Musailamah Al-kadzab).
3. Muncul kelompok yang murtad.
4. Fokus pada penstabilan politik masih dalam jangkauan internal.
5. Setelah kondisi politik stabil, Abu Bakar focus pada ekspansi ke luar. Yaitu Persia dan Romawi Timur.
|
2. | Umar bin Khattab | 1. Islam mengalami masa yang gemilang.
2. Politik dalam negeri stabil.
3. Sehingga ekspansi difokuskan ke luar wilayah.
|
3. | Usman bin Affan | 1. Masa ini lebih bersifat merebut kembali wilayah yang sudah ditaklukkan pasukan Islam sebelumnya.
2. Masa ini menguasai wilayah Tripoli di Barat sampai seluruh Asia Tengah di Timur, Yaman, Azerbaijan, Turkistan.
|
4. | Ali bin Abi Thaalib | 1. Masa ini tidak terjadi ekspansi.
2. Masa ini terlalu disibukkan oleh perpecahan di kalangan umat islam sejak terbunuhnya Usman.
3. Terjadinya Waqiah al Jamal dan Tahkim sebagai bukti adanya kejadian dalam negeri yang harus diselesaikan.
|
- INTISARI
Pembahasan diatas dapat diintisarikan seperti table dibawah ini :
No | Abu Bakar | Umar | Usman | Ali | |
1. | Proses pengangkatan | Dibaiat Umar | Wasiat Abu Bakar | Tim formatur Umar | Ahlul Madinah |
2. | Peristiwa penting | Adanya tindakan pembersihan Nabi-nabi Palsu dan Kaum Murtad | Penaklukan Persia | Pembunuhan Khalifah Usman | Terjadi konflik Internal, seperti Tahkim dan perang Shifin |
3. | Ekspansi | Fokus pada pembenahan Islam dan Politik Internal serta memadamkan pemberontak | Damaskus, Suriah, Mesir dan Irak | Afrika, Siprus, Armenia, Kabul, Farghanah | – |
4. | Kontribusi | Mengumpulkan Al-Quran | Pembenahan Administrasi Negara dan Penggalan Islam dari awal Hijrah Nabi SAW | Penyusunan Al-Quran yang sekarang disebut Quran mushaf Usmani serta Perluasan Masjid Nabawi | – |
5. | Wafat | Sakit | Dibunuh oleh Abu Lu’luah (budak Persia) | Dibunuh dalam Upaya konspirasi diantaranya Ghafiqi | Dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam |
6. | Sifat Pribadi | Bijaksana | Berani dan Adil | Lembut dan Agamis | Berani dan bersikap ilmiah |
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Islam
dimasa Khulafaur Rasyidin mengalami berbagai macam kemajuan di
berbagai bidang. Meski ada beberapa permasalahan yang harus mereka
hadapi. Masa Khulafaur Rasyidin inilah yang mengawali kemajuan Islam
dimasa setelahnya.
Komentar
Posting Komentar